Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kenangan Menulis Artikel di Media Cetak, dari Mesin Tik hingga Laptop

3 Maret 2021   11:11 Diperbarui: 3 Maret 2021   11:35 959
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mesin tik manual dari masa 1980-an (Dokpri)

Disket 5 1/4 inch dan disket 3 1/2 inch (Dokpri)
Disket 5 1/4 inch dan disket 3 1/2 inch (Dokpri)
Pentium

Komputer yang populer pertama berjenis 286, nama jenis prosesor. Kemudian tipe 386, 486, pentium 1, pentium 2, dan pentium 3.

Dari komputer meja, beberapa tahun kemudian lahir komputer jinjing atau laptop. Karena berukuran kecil dan mudah dimasukkan ke dalam tas, laptop disukai masyarakat. Terutama mereka yang memiliki mobilitas tinggi. Prosesor dalam laptop lebih canggih daripada prosesor pada komputer meja.

Tempat menyimpan data pun berubah dari disket ke CD (Compact Disc). Saat ini yang populer berupa USB atau flashdisk. File yang bisa disimpan pun berukuran luar biasa, kalau dibandingkan dengan disket. Yang terkecil 2 GB atau 2.000 MB atau 2.000.000 KB. Sejak beberapa tahun lalu muncul lagi tempat menyimpan file berukuran 1 TB (Terra Byte). Luar biasa perkembangan teknologi digital.

Dihitung-hitung sejak pertama kali mampu membeli komputer, saya sudah berganti beberapa kali. Dari komputer dengan monitor monokrom hingga monitor berwarna. Namun karena sering dipakai, yakni untuk menghasilkan tulisan, tentu saja jadi berharga murah dan berdaya guna tinggi. Beberapa CPU lama, juga monitor lama masih ada di gudang. Pernah ditawar Rp500.000 per buah, namun belum saya lepas. Itulah kenangan dari aktivitas pencat-pencet tombol secara manual hingga cuma sentuh keyboard.

Kenangan menulis memang indah, semacam olah raga jari sejak 1980-an. Hasilnya pun cukup lumayan, dari barang hingga teman. Menulis adalah pekerjaan seumur hidup yang tidak dibatasi waktu. Maka menulislah sebelum menulis itu dilarang.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun