Dunia kedokteran juga mengenal Cheiloscopy, yakni teknik investigasi forensik yang berhubungan dengan identifikasi manusia berdasarkan bekas-bekas bibir.Â
Sidik bibir yang unik itu dapat membantu identifikasi personal. Â Data sidik bibir sebagai data Ante Mortem sebenarnya mudah diperoleh, terutama mereka yang memiliki akun media sosial. Â
"Data Ante Mortem sidik bibir tersedia melimpah dalam teknologi seluler dan digital karena dapat diakses dari foto-foto close up wajah dan selfie dari arsip digital, internet, CCTV, dan media sosial," kata Pak Rusyad.
Nah, inilah keuntungan kita kalau sering narsis di media sosial. Â Bahkan di mana-mana sudah tersedia perlengkapan CCTV.Â
Ternyata peralatan yang tadinya untuk mengidentifikasi para pelaku kriminal, seperti pencurian, kecelakaan di jalan raya, sampai pelaku bom bunuh diri, kita menjadi tabungan data Ante Mortem sidik bibir. Maka sering-seringlah menatap CCTV dalam beberapa detik saja.
Jadi untuk mengidentifikasi potongan tubuh, diperlukan data primer berupa data karakteristik odontologis (gigi-geligi), DNA, atau dermatoglifi.Â
Untuk DNA diperlukan perbandingan dengan keluarga kandung seperti ayah, ibu, kakak, adik, dan anak. Dalam hal ini data sekunder antara lain berupa dokumen, foto ronsen, pakaian, tinggi badan, cacat, tato, dan benda yang dikenakan.
Gigi-geligi menjadi bagian penting dari data karena mampu bertahan lama. Sebagai contoh gigi manusia purba yang berusia ribuan tahun sering diteliti Pak Rusyad. Rambut penting untuk mengetahui DNA seseorang.
Bila ada kecocokan antara data Ante Mortem dan Post Mortem, maka dalam breaking news atau siaran pers biasanya juru bicara akan mengatakan, "Jenazah dalam kantong A, tidak terbantahkan adalah Polan".*** Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H