Kembali ke sejarah tempe, saya coba lihat literatur tentang prasasti dari abad ke-9 hingga ke-10. Memang prasasti banyak menyebutkan makanan rakyat dan makanan kerajaan, juga tanaman-tanaman yang ada kala itu, namun tidak ada penyebutan tentang kedelai apalagi tempe. Â Kemungkinan teknik fermentasi untuk pembuatan tempe belum dikenal.
Namun dalam Kamus Jawa Kuna -- Indonesia karya Romo Zoetmulder, tercantum kata kadele (kedelai). Entah sejak kapan kedelai masuk ke Nusantara.
Sampai saat ini banyak prasasti belum terbaca tuntas karena berbagai masalah, seperti batunya sudah aus atau aksaranya sudah hilang. Semoga nanti para pakar mampu menemukan kata kedelai, bahkan tempe.
Meskipun banyak negara mengakui tempe adalah produk asli Indonesia, namun karena memakai kedelai impor, maka tempe tidak bisa dimasukkan sebagai Warisan Dunia Takbenda oleh UNESCO.Â
Ayo, kita mulai membudidayakan kedelai lokal yang berkualitas tinggi, sehingga tempe bisa diakui oleh dunia secara resmi. Â Jangan sampai kebudayaan kita diakui oleh negara lain. Dengan demikian tempe bisa bersanding dengan batik dan keris yang lebih dulu diakui UNESCO.*** Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H