
Pada kesempatan itu, tentu saja menyambut Hari Ibu 22 Desember, Pak Udaya ikut memaparkan tokoh wanita Tionghoa bernama Auw Tjoei Lan yang bersuamikan Lie Tjian Tjoen (1889-1965). Ia seorang pejuang kemanusiaan yang memerangi perdagangan wanita dan hak anak-anak terlantar di Batavia. Ayah Auw Tjoe Lan bernama Auw Seng Ho, seorang kapitan Tionghoa yang kaya raya dan  dermawan.
Auw lahir Majalengka. Di Batavia ia melihat maraknya perdagangan wanita yang menjadi korban keganasan perang. Tanpa takut ia mendatangi tempat para budak wanita disekap. Pada 1910-an Auw Tjoei Lan mendirikan yayasan sosial Po Liang Kok. Pada 30 November 1914 berdiri Roemah Piatoe Ati Soetji.
Karena dianggap berjasa, Auw mendapat penghargaan dari pemerintah Hindia-Belanda. Selanjutnya pada 1937 beliau mendapat kehormatan untuk berbicara di depan Liga Bangsa-bangsa.
Pada 1955, nama Roemah Piatoe Ati Soetji berubah menjadi Panti Asuhan Hati Suci, kemudian berkembang menjadi Yayasan Hati Suci. Institusi sosial ini memiliki panti asuhan dan lembaga  pendidikan dari TK sampai SMA. Yayasan Hati Suci masih eksis sampai kini dengan kantor pusatnya di Kampung Bali, Tanah Abang, Jakarta Pusat.***
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI