Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Nama "Lambri" dan "Lan-wu-li" yang Disebut Pengelana Dunia Masa Lampau ternyata Lamuri di Sumatera

3 November 2020   15:05 Diperbarui: 3 November 2020   15:31 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Data cukup menarik, kata Pak Ketut, ketika Tome Pires menyebut benzoin dan kamper yang dijual di Barus didatangkan dari daerah pedalaman. Pires adalah pengeliling dunia dari Portugis. Orang Portugis lainnya, Cortesao mengatakan sepanjang abad ke-19 saudagar besar dan broker di Barus terdiri atas penduduk setempat.

Kisah-kisah masa lampau yang berkenaan dengan masa lampau, tentu memerlukan bukti. Menurut Pak Sonny, arkeologi seharusnya bisa memasuki ruang perbincangan publik yang mengingatkan kita bahwa arkeologi pegang situs kunci, berperan dalam 'politik mengingat'.

Bukti arkeologi itu berasal dari berbagai sumber. Selain artefak hasil ekskavasi, juga etnohistori, sejarah seni, ikonografi, sistem tulisan kuno, data lingkungan kuno, dsb.

Nisan kerajaan (Foto: makalah Pak Sonny)
Nisan kerajaan (Foto: makalah Pak Sonny)
Pak Sonny mencontohkan berita dari penulis Chau-ju-kua soal perdagangan Tiongkok dan Arab pada abad ke-12//13. Ia mencantumkan tempat bernama Lambri atau lan-wu-li. Ternyata situs Lamuri ada di Sumatera Utara dan sedang dalam penelitian Pak Sonny.

Marco Polo dari Italia, pada abad ke-13 pernah berkelana keliling dunia. Ia menyebutkan Kerajaan Ferlec (Perlak) dan Basman (Peusangan) dan keberadaan suku Battas (Batak) di pedalaman. Ia menyebutkan pula Kerajaan Lambri (Lamuri) dan Fansur (Barus).

Ibnu Batutah dari Maroko pernah singgah di Samudera Pasai pada 1345. Katanya, Pulau Sumatera kaya akan kapur barus, biji pinang, cengkeh, dan timah.

Apa yang ditulis Marco Polo dan Ibnu Batuta, kata Pak Sonny, benar adanya. Sebuah makam kerajaan ada di Samudera Pasai, berasal dari masa 1297 dan ditulis dalam bahasa Arab. Di Sumatera juga ditemukan keramik dari Vietnam dan Tiongkok. "Meskipun berupa pecahan tapi merupakan data berharga," kata Pak Sonny.

Temuan Prasasti Lobu Tua atau Prasasti Barus dari Desa Lobu Tua di Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara, cukup menarik perhatian. Prasasti itu berbahasa  Tamil dan bertarikh 1010 Saka  atau 1088 Masehi.

Prasasti itu menyebutkan serikat dagang bangsa Tamil di daerah Barus.  Di Barus mereka membeli berbagai komoditas dari penduduk setempat.

Nah, begitulah cerita tentang jalur rempah di Aceh dan Sumatera Utara. Secara lengkap, silakan kunjungi kanal Youtube BPCB Aceh [di sini].***  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun