Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pusaka Pangeran Diponegoro yang Pernah Dirampas Belanda Dipamerkan di Museum Nasional

29 Oktober 2020   15:20 Diperbarui: 29 Oktober 2020   16:41 373
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wajah Pangeran Diponegoro versi generasi muda (Foto: tembak layar dari youtube/Museum Nasional Indonesia)

Nama Pangeran Diponegoro sudah demikian populer. Apalagi kalau mendengar sebutan Perang Diponegoro atau Perang Jawa yang berlangsung pada 1825-1830. 

Dikabarkan, pihak Belanda telah mengeluarkan banyak uang untuk menaklukkan sang pangeran. Di mata Belanda, beliau dianggap pemberontak. Sebaliknya, masyarakat kita menganggapnya pahlawan yang berani menentang penjajah.

Akhirnya memang Diponegoro berhasil ditangkap Belanda. Lalu beberapa harta Diponegoro dirampas dan dibawa ke Belanda. Pada 1977 pusaka tombak, pelana kuda, dan payung kebesaran Pangeran Diponegoro dikembalikan ke Indonesia. Menyusul pada Maret 2020 keris Diponegoro. Saat ini semua benda rampasan tersebut disimpan di Museum Nasional Jakarta.

Tim penata pameran Museum Nasional (Foto: tembak layar dari Youtube/Museum Nasional Indonesia)
Tim penata pameran Museum Nasional (Foto: tembak layar dari Youtube/Museum Nasional Indonesia)
Pamor sang pangeran

Disimpan saja tanpa dipamerkan tentu saja akan mengecewakan masyarakat yang ingin tahu pusaka-pusaka Diponegoro. Maka menyambut Hari Sumpah Pemuda sekaligus Pekan Kebudayaan Nasional, Museum Nasional memamerkan pusaka-pusaka tersebut. 

Pembukaan pameran dilaksanakan pada 28 Oktober 2020 malam. Diawali sambutan Kepala Museum Nasional Pak Siswanto, diikuti sambutan dua kurator pameran: Pak Peter Carey dan Ibu Nusi Lisabilla Estudiantin. Secara resmi Dirjen Kebudayaan Pak Hilmar Farid membuka pameran.

Pameran itu bertajuk  "Pamor Sang Pangeran". Mungkin kita akan terheran-heran melihat wajah sang pangeran yang berbeda dari gambar-gambar pada buku, lukisan, atau mata uang. Memang agar menarik generasi muda, sosok Diponegoro dibuat dalam bentuk kekinian.

Dalam pameran, kisah kehidupan sang pangeran ditampilkan dengan konsep mendongeng (storytelling) dilengkapi teknologi video mapping dan komik manga ala Jepang yang sangat digemari generasi muda. Sang pangeran juga akan tampil bersama kuda kesayangannya, pusaka hidup bernama Kanjeng Kiai Gentayu dalam bentuk hologram.

Wajah Pangeran Diponegoro versi generasi muda (Foto: tembak layar dari youtube/Museum Nasional Indonesia)
Wajah Pangeran Diponegoro versi generasi muda (Foto: tembak layar dari youtube/Museum Nasional Indonesia)
Film animasi kisah Pangeran Diponegoro sejak penangkapan di Magelang (28 Maret 1830) hingga diasingkan ke Manado (3 Mei 1830) yang berjudul "Diponegoro 1830" juga akan melengkapi pameran berbasis teknologi ini. Belum lagi foto-foto lukisan dan sketsa Diponegoro hasil karya seniman periode 1807--2019.

Babad Diponegoro (1831-1832) ikut dipamerkan. Kitab itu merupakan naskah klasik otobiografi sang pangeran yang ditulis pada awal pengasingan di Manado. Kini naskah itu disimpan di Perpustakaan Nasional.

Mengingat masih dalam situasi pandemi Covid-19, pameran secara luring akan berlangsung pada 30 Oktober 2020 hingga 26 November 2020 di Gedung B Museum Nasional. 

Tentu saja dengan menerapkan protokol kesehatan secara ketat. Untuk itu calon pengunjung harus melakukan registrasi terlebih dulu di laman pkn.id. Pameran akan berlangsung terbatas pukul 10.00-16.00 dengan memperhatikan jumlah pengunjung.

Pameran pasti memperkaya pengetahuan tentang Diponegoro. Tahun lalu Museum Sejarah Jakarta meresmikan Kamar Diponegoro pada salah satu ruangan. Diponegoro memang pernah dipenjarakan di situ, yang dulunya bernama Stadhuis (Balaikota). 

Nah, kalau ingin tahu lebih dalam, silakan kunjungi Museum Nasional dan Museum Sejarah Jakarta. Lokasi kedua museum cukup mudah dijangkau dengan bus TransJakarta rute Blok M -- Kota.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun