Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Melihat Capaian Para Presiden di Museum Kepresidenan RI Balai Kirti

18 Oktober 2020   13:42 Diperbarui: 18 Oktober 2020   13:47 468
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rencana Museum Habibie di Pare-pare untuk penguatan karakter (Foto: makalah Pak Taufan)

Hari ini tepat enam tahun lalu atau 18 Oktober 2014, Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) meresmikan Museum Kepresidenan RI Balai Kirti di kompleks Istana Kepresidenan Bogor. Untuk merayakan hari jadinya itu, Museum Kepresidenan menyelenggarakan acara daring bertajuk "Menggalang solidaritas kehidupan berbangsa melalui penguatan karakter".

Acara daring dibuka oleh Kepala Museum Kepresidenan RI Balai Kirti Ibu Dewi Murwaningrum. Tampil tiga narasumber, yakni Pak Herdarman (Kepala Pusat Penguatan Karakter Kemdikbud), Pak Taufan Pawe (Walikota Pare-pare), dan Pak M. Nuh (Menteri Pendidikan dan Kebudayaan periode 2009-2014).

Informasi capaian presiden di Museum Kepresidenan (Foto: makalah Pak Hendarman)
Informasi capaian presiden di Museum Kepresidenan (Foto: makalah Pak Hendarman)
Bernalar kritis

Menurut Pak Hendarman, SDM yang unggul merupakan pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Pelajar demikian memiliki karakteristik bertakwa, mandiri, bernalar kritis, berkebinekaan global, bergotong royong, dan kreatif.

Salah satu caranya adalah membuat infografis, komik, atau video. Bahkan pernah mengadakan kemah karakter virtual dengan menampilkan Museum Nasional. Dalam hal ini Museum Nasional menyiapkan aplikasi virtual museum yang bisa diakses di laman internet. Sementara Pusat Penguatan Karakter menggunakan VMIX untuk menggabungkan aplikasi virtual museum dengan video edukator dan peserta lewat Zoom Webinar.

"Para siswa tertarik, terbukti ada tanya jawab antara siswa dengan edukator Museum Nasional," kata Pak Herdarman.

Berbagai koleksi, kata Pak Herdarman, bisa dibuat untuk penguatan karakter. Benda koleksi memang menyangkut masa lalu. Namun harus disesuaikan dengan kontekstual masa kini.

Penguatan karakter yang dilakukan pemerintah kota Pare-pare adalah memperkenalkan tokoh B.J. Habibie. Kota kecil di Sulawesi ini merupakan tempat kelahiran Pak Habibie, presiden ke-3 RI.

"Saya walikota ke-17 dan yang pertama kelahiran Pare-pare. Jadi ingin anak-anak mengenal Pak Habibie dan prestasinya," kata Pak Taufan Pawe, Walikota Pare-pare.

Beliau berencana membuat Museum Habibie. Sebelumnya berdiri Monumen Habibie-Ainun dan Balai Ainun. Ainun adalah isteri Pak Habibie, yang dianggap oleh Pak Taufan sebagai Kartini modern. Pak Taufan juga membuat Rumah Sakit Regional. Selain museum, Pak Taufan sedang merencanakan pendirian Institut Teknologi Habibie. Bahkan untuk mengenang Pak Habibie, kota Pare-pare menyelenggarakan Festival Habibie-Ainun setiap 12 Mei. Tanggal itu diambil dari hari pernikahan Pak Habibie.

Museum Habibie nanti akan didukung rumah kelahiran Pak Habibie. Sebelumnya, kata Pak Taufan, ada kendala untuk mendapatkan rumah tersebut. Rumah itu milik Bank BNI. Namun kini sudah tercatat sebagai aset daerah.

Rencana Museum Habibie di Pare-pare untuk penguatan karakter (Foto: makalah Pak Taufan)
Rencana Museum Habibie di Pare-pare untuk penguatan karakter (Foto: makalah Pak Taufan)
Nyaman

Menurut Pak Nuh, pembangunan Museum Kepresidenan RI Balai Kirti dibuat dengan pertimbangan matang. Pak SBY pernah diskusi dengan Pak Nuh soal pergantian kekuasaan. Dari Pak Sukarno ke Pak Suharto berlangsung tidak nyaman. Begitu pula dari Pak Suharto ke Pak Habibie dan dari Gus Dur ke Ibu Megawati, juga berlangsung tidak nyaman.

Yang nyaman dari Pak SBY ke Pak Jokowi. "Jadi menyambung estafet antarpresiden merupakan bagian dari karakter," kata Pak Nuh.

Katanya, fungsi museum merupakan pengembangan pendidikan karakter, menginformasikan, sarana komunikasi antargenerasi, dan menggalang solidaritas kehidupan berbangsa melalui penguatan karakter. Dengan demikian museum menjadi jembatan untuk mengetahui capaian para presiden. Pertimbangannya adalah ingatan manusia mudah lupa. Nah, museum untuk menyegarkan ingatan atau memori kolektif tersebut.

Ibarat komputer, kata Pak Nuh, konten museum harus memiliki kontekstualitas. Ini banyak berubah, misalnya didigitalkan. Contoh lain, dalam komputer ada istilah ROM dan RAM. Berarti ada informasi yang tidak bisa dihapus dan ada yang bisa dihapus. Untuk melakukan pembaruan informasi tentu harus berkonsultasi dengan keluarga atau ahli waris. "Yang penting museum perlu mendekatkan teknologi agar atraktif," kata Pak Nuh.  

Kita memiliki banyak warisan budaya yang penting bagi penguatan karakter. Semoga ada kolaborasi atau bantuan buat museum-museum swasta yang telah menjadi korban pandemi Covid.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun