Hari ini tepat enam tahun lalu atau 18 Oktober 2014, Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) meresmikan Museum Kepresidenan RI Balai Kirti di kompleks Istana Kepresidenan Bogor. Untuk merayakan hari jadinya itu, Museum Kepresidenan menyelenggarakan acara daring bertajuk "Menggalang solidaritas kehidupan berbangsa melalui penguatan karakter".
Acara daring dibuka oleh Kepala Museum Kepresidenan RI Balai Kirti Ibu Dewi Murwaningrum. Tampil tiga narasumber, yakni Pak Herdarman (Kepala Pusat Penguatan Karakter Kemdikbud), Pak Taufan Pawe (Walikota Pare-pare), dan Pak M. Nuh (Menteri Pendidikan dan Kebudayaan periode 2009-2014).
Menurut Pak Hendarman, SDM yang unggul merupakan pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Pelajar demikian memiliki karakteristik bertakwa, mandiri, bernalar kritis, berkebinekaan global, bergotong royong, dan kreatif.
Salah satu caranya adalah membuat infografis, komik, atau video. Bahkan pernah mengadakan kemah karakter virtual dengan menampilkan Museum Nasional. Dalam hal ini Museum Nasional menyiapkan aplikasi virtual museum yang bisa diakses di laman internet. Sementara Pusat Penguatan Karakter menggunakan VMIX untuk menggabungkan aplikasi virtual museum dengan video edukator dan peserta lewat Zoom Webinar.
"Para siswa tertarik, terbukti ada tanya jawab antara siswa dengan edukator Museum Nasional," kata Pak Herdarman.
Berbagai koleksi, kata Pak Herdarman, bisa dibuat untuk penguatan karakter. Benda koleksi memang menyangkut masa lalu. Namun harus disesuaikan dengan kontekstual masa kini.
Penguatan karakter yang dilakukan pemerintah kota Pare-pare adalah memperkenalkan tokoh B.J. Habibie. Kota kecil di Sulawesi ini merupakan tempat kelahiran Pak Habibie, presiden ke-3 RI.
"Saya walikota ke-17 dan yang pertama kelahiran Pare-pare. Jadi ingin anak-anak mengenal Pak Habibie dan prestasinya," kata Pak Taufan Pawe, Walikota Pare-pare.
Beliau berencana membuat Museum Habibie. Sebelumnya berdiri Monumen Habibie-Ainun dan Balai Ainun. Ainun adalah isteri Pak Habibie, yang dianggap oleh Pak Taufan sebagai Kartini modern. Pak Taufan juga membuat Rumah Sakit Regional. Selain museum, Pak Taufan sedang merencanakan pendirian Institut Teknologi Habibie. Bahkan untuk mengenang Pak Habibie, kota Pare-pare menyelenggarakan Festival Habibie-Ainun setiap 12 Mei. Tanggal itu diambil dari hari pernikahan Pak Habibie.
Museum Habibie nanti akan didukung rumah kelahiran Pak Habibie. Sebelumnya, kata Pak Taufan, ada kendala untuk mendapatkan rumah tersebut. Rumah itu milik Bank BNI. Namun kini sudah tercatat sebagai aset daerah.
Menurut Pak Nuh, pembangunan Museum Kepresidenan RI Balai Kirti dibuat dengan pertimbangan matang. Pak SBY pernah diskusi dengan Pak Nuh soal pergantian kekuasaan. Dari Pak Sukarno ke Pak Suharto berlangsung tidak nyaman. Begitu pula dari Pak Suharto ke Pak Habibie dan dari Gus Dur ke Ibu Megawati, juga berlangsung tidak nyaman.
Yang nyaman dari Pak SBY ke Pak Jokowi. "Jadi menyambung estafet antarpresiden merupakan bagian dari karakter," kata Pak Nuh.
Katanya, fungsi museum merupakan pengembangan pendidikan karakter, menginformasikan, sarana komunikasi antargenerasi, dan menggalang solidaritas kehidupan berbangsa melalui penguatan karakter. Dengan demikian museum menjadi jembatan untuk mengetahui capaian para presiden. Pertimbangannya adalah ingatan manusia mudah lupa. Nah, museum untuk menyegarkan ingatan atau memori kolektif tersebut.
Ibarat komputer, kata Pak Nuh, konten museum harus memiliki kontekstualitas. Ini banyak berubah, misalnya didigitalkan. Contoh lain, dalam komputer ada istilah ROM dan RAM. Berarti ada informasi yang tidak bisa dihapus dan ada yang bisa dihapus. Untuk melakukan pembaruan informasi tentu harus berkonsultasi dengan keluarga atau ahli waris. "Yang penting museum perlu mendekatkan teknologi agar atraktif," kata Pak Nuh. Â
Kita memiliki banyak warisan budaya yang penting bagi penguatan karakter. Semoga ada kolaborasi atau bantuan buat museum-museum swasta yang telah menjadi korban pandemi Covid.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H