Dampak pandemi juga dirasakan Mas Farid yang aktif di Jakarta Good Guide. Lewat kelompoknya, Mas Farid mengadakan tur virtual dalam bentuk live on the spot dan dengan bantuan google street.
Dalam bentuk terbuka, Mas Farid menggunakan Youtube, sementara kalau bersifat tertutup menggunakan Zoom. Mas Farid mengenakan donasi, namun tidak ditentukan berapa.
Tur virtual, kata Mas Farid, lebih fleksibel. Namun tidak bisa menggantikan pengalaman melihat langsung dengan mata kepala sendiri.
Buat Mas Farid dan rekan terjadi juga kendala, antara lain banyak pramuwisata belum familiar dengan teknologi, kadang cahaya kurang mendukung, bahkan internet lemot. Upaya lain mendapat penghasilan, menurut Mas Farid, adalah menjual paket tur virtual ke sekolah dan instansi.
Sorenya ada bincang dengan Mbak Nusi dari Museum Nasional dan Pak Nunus, seorang pemerhati budaya tentang tokoh Amir Sutaarga. Bincang itu diselenggarakan oleh Duta Museum DKI Jakarta, didukung AMI DKI Jakarta Paramita Jaya lewat Instagram.
Pak Amir Sutaarga adalah tokoh permuseuman yang diusulkan menjadi Bapak Permuseuman Indonesia. Seharusnya tahun ini beliau memperoleh Satyalencana Kebudayaan dari Pemerintah RI. Sayang wabah pandemi menunda acara itu.
Malamnya, anak-anak muda dalam Kelompok Pemerhati Budaya dan Museum Indonesia (KPBMI) mengadakan bincang Sepurmudaya (sejarah, purbakala, museum, budaya) lewat Instagram dengan topik "Ganesha Blusukan". Ganesha, maskot KPBMI dalam bentuk gajah yang dikenal dalam seni arca kuno, menjadi tokoh dalam bincang tersebut.
Masih banyak acara oleh ratusan museum di seluruh Indonesia. Nah, pantengin terus medsos yah.***
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H