Sayang, prasasti tidak menyebutkan jenis obat apa dan bagaimana teknik pengobatan. Untuk itu Salam menggunakan data pendukung berupa naskah kuno. Â
Pada Naskah NR 147 Salam menemukan mantra-mantra untuk orang sakit gila, mantra untuk menghindar dari binatang berbisa, dan teks pengobatan. Â Â
Tiga naskah lain yang dipakai Salam adalah Naskah A 34,03, Naskah NR 366, dan Naskah B 48. Menurut naskah-naskah itu ada dua jenis pengobatan masyarakat, yakni dengan ramuan tumbuh-tumbuhan dan dengan mantra.
Sebenarnya secara khusus ada yang disebut kitab usadha, yang berisi pengobatan. Tentu saja kitab kuno ini perlu diterjemahkan dan ditafsirkan.
Sekadar gambaran, naskah menyebutkan pengobatan dengan ramuan tumbuh-tumbuhan. Untuk batuk, misalnya, daun kemiri tujuh lembar, akar kamorongan, adas, minyak wijen, abu rowan tiga jumput, kunyit, bawang merah dibenamkan dalam abu panas, dipipis, kemudian diminum. Untuk kencing batu, podisari, murmak daging, ketumbar, terawas, adas, pulasari, kunyit, arang wuluh, daun lara garut, dipipis kemudian diminum. Â Â
Adanya penyebutan yang berhubungan dengan pengobatan pada prasasti didukung oleh temuan tinggalan arkeologi berupa batu pipisan atau batu untuk menggerus obat. Tinggalan arkeologi tersebut terdapat pada beberapa museum.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H