Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menurut Prasasti Kuno, Dulu Ada "Tuha Nambi" (Tukang Obat), "Kdi" (Dukun Wanita), "Walyan" (Tabib), dan "Janggan" (Tabib Desa)

11 Oktober 2020   07:43 Diperbarui: 11 Oktober 2020   07:50 930
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sayang, prasasti tidak menyebutkan jenis obat apa dan bagaimana teknik pengobatan. Untuk itu Salam menggunakan data pendukung berupa naskah kuno.  

Pada Naskah NR 147 Salam menemukan mantra-mantra untuk orang sakit gila, mantra untuk menghindar dari binatang berbisa, dan teks pengobatan.   

Tiga naskah lain yang dipakai Salam adalah Naskah A 34,03, Naskah NR 366, dan Naskah B 48. Menurut naskah-naskah itu ada dua jenis pengobatan masyarakat, yakni dengan ramuan tumbuh-tumbuhan dan dengan mantra.

Sebenarnya secara khusus ada yang disebut kitab usadha, yang berisi pengobatan. Tentu saja kitab kuno ini perlu diterjemahkan dan ditafsirkan.

Sekadar gambaran, naskah menyebutkan pengobatan dengan ramuan tumbuh-tumbuhan. Untuk batuk, misalnya, daun kemiri tujuh lembar, akar kamorongan, adas, minyak wijen, abu rowan tiga jumput, kunyit, bawang merah dibenamkan dalam abu panas, dipipis, kemudian diminum. Untuk kencing batu, podisari, murmak daging, ketumbar, terawas, adas, pulasari, kunyit, arang wuluh, daun lara garut, dipipis kemudian diminum.   

Adanya penyebutan yang berhubungan dengan pengobatan pada prasasti didukung oleh temuan tinggalan arkeologi berupa batu pipisan atau batu untuk menggerus obat. Tinggalan arkeologi tersebut terdapat pada beberapa museum.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun