Pada 17 Agustus 2020 pemerintah meluncurkan penerbitan uang kertas seri khusus nominal Rp 75.000. Uang itu bisa diperoleh lewat aplikasi Bank Indonesia dengan menuliskan NIK. Satu orang hanya boleh memesan satu lembar. Nanti uang itu bisa diambil di lokasi tertentu. Meskipun dicetak 75 juta lembar, namun masyarakat seakan berlomba ingin mendapatkan koleksi itu.
Sejak peluncuran, aplikasi milik Bank Indonesia selalu penuh. Tentu dimaklumi karena masyarakat masih euforia terhadap penerbitan uang baru yang bernominal unik itu. Apalagi uang khusus diterbitkan setiap 25 tahun menyambut HUT RI. Sebelumnya, penerbitan uang khusus berbentuk koin.
Kisah uang Rp 75.000 mungkin hampir serupa dengan kisah uang plastik atau uang polymer Soeharto Rp 50.000. Bank Indonesia menerbitkan uang khusus itu untuk merayakan 25 tahun pembangunan Indonesia pada 1993. Ketika pertama kali diluncurkan, uang plastik menjadi rebutan masyarakat.
Bagian muka uang bergambar Presiden Soeharto dan sektor pembangunan. Bagian belakang bergambar pesawat Garuda. Uang kertas itu bertanda tangan Adrianus Mooy dan Hasudungan Tampubolon  sebagai Gubernur dan Direktur BI. Dicetak oleh North Printing Australia sebagai penerbitan khusus, sebagaimana tertulis pada bagian kanan.
Uang plastik memiliki tanda pengaman berupa plastik hologram, di bawah kata "penerbitan khusus". Meskipun bernominal Rp 50.000, uang plastik dijual Rp 100.000. Maklum, merupakan penerbitan dengan teknologi canggih pertama.
Namun kemudian uang seperti itu sedikit peminat. Oleh karena itu harganya disamakan dengan penerbitan Seri Soeharto reguler. Nilainya menjadi Rp 50.000.
Seri Soeharto 1993 bertanda tangan Adrianus Mooy dan T.M. Sjakur Machmud dengan tanda pengaman W.R. Supratman. Seri Soeharto memiliki Imp. atau tahun cetak 1993 dan 1994.
Uang Seri Soeharto diterbitkan kembali pada 1995. Seluruh gambar serupa dengan emisi 1993. Hanya beda pada tanda tangan. Kali ini penanda tangan uang adalah S. Djiwandono dan Boediono.
Tanda pengaman pun berbeda, yakni Jenderal Sudirman. Emisi 1995 ini diterbitkan pada 1995 dan 1996. Demikian informasi dari buku Katalog Uang Kertas Indonesia 1782-1996.Â
Ironis, sejak Presiden Soeharto menyatakan mundur pada 21 Mei 1998 karena jatuh oleh gerakan reformasi, uang Soeharto dicampakkan oleh masyarakat. Banyak pedagang, misalnya, menolak uang tersebut. Pada 21 Agustus 2000, Bank Indonesia menarik uang Soeharto. Sejak 20 Agustus 2010 uang tersebut benar-benar tidak berlaku lagi.
Di mata kolektor uang atau numismatik, uang Rp 50.000 menjadi koleksi yang menarik. Ada variasi tanda tangan, variasi tahun terbit, dan variasi bentuk fisik. Uang Soeharto banyak dijual pedagang numismatik. Harganya tergantung grade atau tingkat kondisi.
Numismatik mengenal beberapa grade, antara lain Uncirculated (Unc), Extra Fine (XF), Very Fine (VF), Fine (F), dsb. Unc merupakan grade tertinggi. Kondisi ini paling disukai numismatis.***
Baca Juga: Yuk, Mengenal Seluk-beluk Uang!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H