Pak Aris memaparkan, pada umumnya ada enam penyebab kerusakan koleksi kertas, yakni suhu/kelembaban, agen biologis, cahaya, serangga, polusi udara, dan vandalisme.Â
Tentang serangga yang paling bahaya adalah rayap. "Untuk itu kita harus membunuh ratu rayap, jangan prajuritnya," kata Pak Aris. Rayap sendiri ternyata terdiri atas beberapa golongan, seperti ratu, raja, prajurit, dan pekerja.
Jenis kerusakan diketahui bermacam-macam, antara lain foxing (noda, umumnya berwarna kecoklatan), bolong, sobek, dan tintanya blobor. Biasanya semakin rendah kualitas kertas, semakin mudah dimakan serangga. Â Kertas koran diketahui paling rentan menghadapi kerusakan.
Menurut Pak Rhis, BPCB Jambi telah melakukan konservasi terhadap 20-an buku koleksi Sukarno. Ketika itu banyak masyarakat datang ke sana.Â
Nah, kalau ingin menimbulkan apresiasi dari masyarakat, sudah saatnya pihak arkeologi melakukan kegiatan lapangan yang melibatkan masyarakat. Tentu asalkan tidak mengganggu kegiatan arkeologi itu.
Cukup banyak pertanyaan dalam kegiatan itu. Ada yang bertanya tentang pelestarian lontar, melestarikan naskah kuno yang berada di tempat pemiliknya, serta cara konservasi tradisional dengan cengkeh, kopi, dan lada.
Yang jelas konservasi buku berlangsung cukup lama. Soalnya harus dilakukan lembar demi lembar. Bayangkan, bila ketebalan buku 200 halaman dan buku yang harus dikonservasi berjumlah banyak.*** Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI