Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengenang Pastor Adolf Heuken, Kamus Hidup Sejarah Jakarta

4 Agustus 2020   16:05 Diperbarui: 4 Agustus 2020   16:40 469
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pastor Heuken di ruang kerjanya (Foto: https:majalah.tempo.co)

Telah setahun lebih Pastor Adolf Heuken tiada. Ia meninggal pada 25 Juli 2019 di Jakarta dalam usia 90 tahun. Membaca namanya memang jelas ia kelahiran Jerman. Heuken, dibaca Hoiken, merupakan penanda utama negara asal beliau. Ia lahir pada 17 Juli 1929 di Coesfeld, Jerman.  Heuken masuk Indonesia pada 1961. Ia bekerja di Yogyakarta pada 1961-1963. Sejak 1963 ia berkegiatan di Jakarta. Ia kemudian menjadi warga negara Indonesia. Demikian info yang saya baca dari megapolitan.kompas.com dan wikipedia.

Sejarah Jakarta menjadi kepakaran beliau. Maka banyak pihak menjuluki beliau Kamus Hidup Sejarah Jakarta. Ia menulis beberapa buku tentang Sejarah Jakarta. Maklum, ia banyak memiliki kerabat di Jerman yang memasoknya dengan data tentang Batavia dari sumber-sumber lama Jerman. Itulah keunggulan Heuken dalam berbahasa Jerman Kuno.  

Sebagian kecil koleksi buku-buku saya dari Yayasan Cipta Loka Caraka (Dokpri)
Sebagian kecil koleksi buku-buku saya dari Yayasan Cipta Loka Caraka (Dokpri)
Sebelumnya informasi tentang Sejarah Jakarta hanya memakai sumber Belanda. Nah, Heuken berhasil memperkaya pengetahuan kita tentang Batavia atau Jakarta melalui sumber-sumber baru. Buku karyanya yang sering menjadi referensi antara lain Historical Sites of Jakarta dan Tempat-tempat Bersejarah di Jakarta.  

Segala hal tentang kekunoan menjadi daya tarik buat Heuken. Selain Sejarah Jakarta, ia pun menulis buku tentang tempat-tempat ibadah, yakni tentang gereja, masjid, dan kelenteng kuno di Jakarta. Berbagai buku tentang ensiklopedia juga ia tulis, seperti Ensiklopedia Politik Pembangunan Pancasila (4 jilid), Ensiklopedia Orang Kudus, Ensiklopedia Etika Medis, dan Ensiklopedia Gereja (5 jilid/edisi lama).

Salah satu karyanya yang paling dicari adalah Kamus Jerman -- Indonesia. Diketahui buku ini sering dibajak. Buku-buku rohani adalah karya lain beliau.

Kartua anggota Book Club Cipta Loka Caraka (Dokpri)
Kartua anggota Book Club Cipta Loka Caraka (Dokpri)
Book Club

Heuken sangat tertarik dunia literasi. Di Jakarta ia mendirikan Christian Life Communities (CLC). Kemudian pada 1967 namanya berganti menjadi Cipta Loka Caraka. Jadi tidak mengubah singkatan CLC. Yayasan CLC terletak di Jalan Moh. Yamin 37 Menteng. Yayasan inilah yang menerbitkan buku-buku karya Heuken, termasuk juga karya terjemahan.

Pada 1982, bahkan hingga sekarang, saya menjadi anggota Book Club CLC. Anggota BC CLC lumayan banyak karena menjangkau seluruh Nusantara. Berkat anggota BC, CLC mampu menerbitkan buku-buku bermutu dengan harga murah.

Secara otomatis anggota BC akan menerima kiriman buku-buku terbaru CLC. Saking percayanya, mereka kirim buku terlebih dulu, tentu dengan potongan harga khusus. Lantas setelah terima buku, kita kirim seluruh biaya. Dulu saya menggunakan wesel pos tapi kemudian beralih ke transfer bank.

Karena 38 tahun menjadi anggota BC, buku-buku terbitan CLC koleksi saya lumayan banyak. Saya pilah dalam beberapa rak.

Sebagian koleksi buku saya tentang Sejarah Jakarta (Dokpri)
Sebagian koleksi buku saya tentang Sejarah Jakarta (Dokpri)
Penulis

Jalan hidup Heuken ternyata sebagai penulis.  Ia telah menghasilkan puluhan buku dengan berbagai topik. Namun topik utamanya tentang Sejarah Jakarta. Ia melengkapinya dengan berbagai referensi dari berbagai negara, seperti Portugis, Inggris, dan Spanyol.

Sepeninggal Heuken, entah masih adakah orang-orang idealis di negeri ini. Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, dan Heuken mati meninggalkan karya. Orang bijak sering berkata, menulis adalah kerja untuk keabadian. Sebagian lagi bilang, orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis maka ia akan hilang dari sejarah. Menulis merupakan kerja sunyi yang bermanfaat untuk orang banyak.

Semoga Yayasan CLC yang didirikan Heuken tak akan mati.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun