Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Berkat Komunitas, Prasasti Kuno Dekat Kandang dan Pekarangan Warga, Akan Bercungkup

29 Juli 2020   10:45 Diperbarui: 29 Juli 2020   11:11 471
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Untuk sementara prasasti Besole ditutupi plastik (Foto: Doni W.)

Pemerhati dan Pencinta Sejarah akan dipermalukan luluh lantak menyaksikan Prasasti Besole. Namun jangan mudah menyalahkan pemilik lahan, ataupun salah siapa. Mari kita bergerak sedikit untuk perlindungan artefak klasik. Begitu tulis Doni Wicaksonojati dalam akun Facebook (FB)-nya.

Nama Mas Doni saya kenal lewat FB beberapa tahun lalu. Ia bukan arkeolog atau sejarawan, namun perhatiannya kepada dunia pelestarian arkeologi sangat besar. Soalnya, ia tinggal di Kediri. Di kota ini banyak terdapat tinggalan purbakala. Karena itu ia mendirikan Komunitas Tapak Jejak Kadhiri.

Mas Doni juga aktif di gerakan literasi. Ia punya gerai baca. Tentu saja buku-bukunya berkenaan dengan sejarah, arkeologi, dan budaya. Saya sering mendukung kegiatan Mas Doni dengan mengirim buku-buku terbitan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Sesama komunitas memang seharusnya saling gotong royong meskipun dengan biaya pribadi.

Saya yang arkeolog juga gerak di Kelompok Pemerhati Budaya dan Museum Indonesia (KPBMI). Banyak generasi milenial terlibat di KPBMI. Aktivitas KPBMI dengan slogan sepurmudaya: sejarah, purbakala, museum, budaya, baru terbatas di Jakarta lewat kegiatan yang bersifat edukasi dan publikasi.

Dengan Mas Doni saya sering berkomunikasi lewat FB atau WA. Saya baru sekali bertemu langsung saat acara Kongres Kebudayaan Indonesia akhir 2018.

Untuk sementara prasasti Besole ditutupi plastik (Foto: Doni W.)
Untuk sementara prasasti Besole ditutupi plastik (Foto: Doni W.)
Dekat kandang

Sebenarnya saya pernah menulis soal Prasasti Besole tiga tahun lalu. Sampai saat ini memang masih banyak prasasti kuno berada di dekat kandang, sawah, dan pekarangan warga. Mungkin karena beratnya ratusan kilogram, jadi ada sedikit rasa aman. 

Padahal, prasasti akan tergerus oleh cuaca sehingga aksaranya bisa aus bahkan hilang. Seharusnya dipindahkan ke dalam museum atau apa pun namanya. Di tempat asli dibuatkan prasasti replika saja berikut informasi tentang prasasti tersebut. Silakan lihat artikel tersebut [DI SINI].

Menurut Mas Doni, Prasasti Besole merupakan salah satu aset penting bagi kesejarahan Kota Kediri khususnya dan tentunya Nusantara karena menjadi bukti otentik keberadaan rangkaian benang dari sejarah klasik masa Hindu-Buddha. Prasasti ini telah tercatat dalam inventaris instansi arkeologi. Soalnya, di badan prasasti ada nomor registrasi.

"Kami mencoba mengetuk koneksi dari persaudaran pemerhati, bagaimana kalau kita adakan donasi---pengumpulan  semau dan semampunya guna pembikinan cungkup pelindung. Salam watu lawas," demikian ajakan Mas Doni di FB. 

Sontak ajakan tersebut mendapat reaksi cepat. "Doni Wicaksonojati kalau gak sampean memulai, gak akan pernah ada perubahan. Iku butuh semen, pasir, asbes n paku ro kayu, plus sedikit hiasan untuk atap pelindung," kata Arif.

Seorang penggiat budaya Kediri, Novi Bmw, ikut berkomentar. "Dikalkulasi dulu kira-kira butuh berapa rupiah anggarannya, ntar open donasi. Kalau lebih ntar bisa buat program pencungkupan artefak lain. Aq dukung, tp ditata biar gak jumpalitan nanti di belakang hari," demikian komentar Mas Novi.

Seperti halnya Mas Doni, saya juga baru sekali ketemu Mas Novi ketika ia ada acara di Depok.

Sementara ini prasasti tersebut ditutup plastik. Namun ada komentar kalau bisa jangan ditutup plastik karena sifat plastik itu panas. Batu yang terpapar banyak panas, mudah lapuk. Lalu akan menyisakan juga perubahan warna, antara yang tertutup plastik dan yang terpapar matahari langsung.

Komentar lain di FB, untuk sementara bikinkan ae tiang dari bambu, atapnya daun kelapa. Gotong royong sedulur yang tergerak bareng tandang gawe.

Rencana pembuatan cungkup yang membutuhkan partisipasi masyarakat (Foto: Doni W.)
Rencana pembuatan cungkup yang membutuhkan partisipasi masyarakat (Foto: Doni W.)
Saat ini gambar cungkup sudah selesai dikerjakan. Mas Doni tinggal menunggu donasi dari para pelestari dan pemerhati. Silakan kalau masyarakat tergerak. Hubungi nomor kontak yang terdapat pada bagian bawah gambar cungkup.

Solidaritas komunitas demi pelestarian cagar budaya atau tinggalan purbakala, sudah berlangsung sejak lama. Tanpa bantuan komunitas, pemerintah pasti akan kewalahan. Semoga apa yang dilakukan Komunitas Tapak Jejak Kadhiri dan Komunitas Asta Gayatri di Tulungagung mendapat berkah.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun