Media cetak yang masih bertahan mulai mengembangkan tren digital. Kompas, misalnya, dulu tirasnya bagitu banyak. Namun semakin hari semakin sedikit, bahkan jumlah halaman semakin menipis. Kini kompas.id berjalan bersamaan dengan Kompas cetak. Begitu pula media-media lain, punya cetak dan punya daring.
Di pihak lain, media-media yang semula berkiprah dalam daring, mulai memperkuat diri. Beberapa media daring ada yang tergolong besar hingga kecil. Bahkan beberapa media daring mampu memberikan honorarium untuk para penyumbang tulisan.
Di luar Kompasiana (milik grup Kompas) dan Indonesiana (milik grup Tempo), sepengetahuan saya ada beberapa platform blog publik. Saya pernah ditawari mengisi platform tersebut. Penulis akan memperoleh honorarium sesuai pay per view.
Namun saya masih belum berkesempatan mengisi platform lain. Untuk mengisi Kompasiana, Indonesiana, dan beberapa blog pribadi saja menguras waktu dan tenaga.
Menulis merupakan kerja sunyi. Hasilnya untuk keabadian seperti kata sastrawan Pramoedya Ananta Toer. Selama tidak menulis, ia akan hilang dari keabadian dan sejarah. Dalam masa pandemi ini, menulis menjadi terapi kesehatan yang paling murah.*** Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H