KITLV atau Lembaga Bahasa, Budaya, dan Sejarah, membuka perwakilan di Indonesia pada 1969 dan berkedudukan di Jakarta. Dalam beraktivitas, KITLV bekerja sama dengan LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia). Saya sendiri menjadi anggota KITLV sejak 1981. Ketika itu masih menjadi mahasiswa arkeologi UI.
Saya ingat kantor perwakilan KITLV berada di Gedung LIPI, Jalan Gatot Subroto, Jakarta. Menempati ruangan mirip garasi mobil. Saya lupa iuran tahunannya berapa. Namun waktu itu setiap anggota akan mendapatkan majalah BKI 4 kali setahun. Dalam pembelian buku, setiap anggota mendapat diskon 40%, kemudian turun menjadi 25%.
Saya sering juga membaca buku di Perpustakaan KITLV Jakarta. Karena itu saya kenal baik dengan petugas administrasi KITLV, Pak Bambang. Dengan pimpinan KITLV Jakarta saya pun kenal baik. Namanya Pak Jaap Erkelens. Maka saya sering dihadiahi beberapa publikasi KITLV seperti Excerpta Indonesica dan Verhandelingen. Â Â
KITLV sering bekerja sama dengan beberapa penerbit swasta. Buku yang pernah diterbitkan antara lain Belanda di Irian Jaya (bekerja sama dengan Penerbit Garba Budaya, 2001), Kenang-kenangan Pangrehpraja Belanda 1920-1942 (Penerbit Djambatan, 2001), Mohammad Hatta (Penerbit Djambatan, 2002), dan Tarekat Mason Bebas dan Masyarakat di Hindia Belanda dan Indonesia 1764-1962 (Pustaka Sinar Harapan, 2004).
Saya sendiri masih memiliki puluhan majalah BKI sebagai koleksi pribadi. Kalau tidak kena rayap, mungkin koleksi saya banyak sekali. Buku-buku dan kamus yang berkenaan dengan arkeologi saya pun punya beberapa eksemplar.
Sayang kemudian keberadaan KITLV terdesak internet. Sejak 2014 KITLV tidak mengeluarkan majalah BKI versi cetak. Namun KITLV tetap memiliki kantor perwakilan di Gedung Erasmus Huis Jakarta. Sekarang untuk mempermudah masyarakat, KITLV bisa diakses secara daring. Bukan hanya publikasi, foto-foto dan peta-peta lama Indonesia ada di sana.
Sungguh ironis, bangsa lain yang tekun memperhatikan segala masalah tentang Indonesia. Sudah saatnya kaum intelektual Indonesia sendiri, tentu dengan dukungan pemerintah, mendirikan lembaga ilmiah sejenis yang mampu bertahan lama.***
Â
Â
Â