Dampak pandemi covid-19 telah melanda dunia sejak beberapa bulan lalu. Banyak perusahaan telah merumahkan karyawan, bahkan menyatakan diri bangkrut atau pailit. Dampak di bidang ekonomi memang paling terasa.
Dampak pandemi juga dirasakan museum-museum di seluruh dunia. Menurut UNESCO dan Dewan Museum Internasional (International Council of Museums-ICOM), sejak merebak wabah covid-19, 90% dari 85 ribu museum di dunia, tidak membuka kunjungan publik. Diperkirakan hampir 13% dari museum itu tidak akan pernah buka kembali setelah pandemi mereda. Dengan kata lain museum akan tutup permanen. Â
Di Indonesia pun demikian. Sejak pandemi, banyak museum swasta/pribadi telah merumahkan karyawan. Saat ini memang museum boleh dibuka untuk publik secara terbatas. Namun banyak museum swasta masih mengandalkan donatur atau sponsor.Â
Kalaupun usaha mandiri, hanya tergantung tiket masuk, penjualan cenderamata, dan persewaan ruangan. Dengan operasi terbatas tentu saja museum swasta tidak bisa mempertahankan biaya operasional.
Kita tidak tahu kapan pandemi akan berakhir. Yang jelas sejak beberapa bulan lalu museum telah mengalami perubahan dalam berkegiatan. Pameran daring, seminar daring, virtual tour, kuis, dan berbagai lomba telah menghiasi jagat maya.
Kalau museum-museum swasta terkendala dana, tidaklah demikian dengan museum-museum pemerintah. Museum pemerintah tidak mengandalkan pemasukan publik. Mereka punya dana APBN/APBD. Maka museum-museum pemerintah masih mampu bertahan meskipun dengan anggaran lebih rendah.
Masalah di tiga negara: Indonesia, Belanda, dan Malaysia boleh dibilang sama. Ini terungkap pada seminar daring bertajuk "Prospect of Reopening of Museums in the New Normal" yang diadakan oleh Museum Nasional pada Rabu, 8 Juli 2020.Â
Tiga pembicara yang tampil Ibu Dyah Sulistiyani (Museum Nasional Indonesia), Ibu Anne Marie (Museum Volkenkunde Belanda), dan Pak Zamrul Amri (Muzium Negara Malaysia). Sebagai moderator dan penerjemah Mas Khanifudin dan Mbak Santi.
Sebelumnya Dirjen Kebudayaan Pak Hilmar Farid memberikan kata pengantar. Menurut Pak Hilmar, setelah masa pandemi berakhir, museum akan mengalami perubahan. Untuk itu, katanya, museum yang tergantung pemasukan publik harus mencari cara lain.
Di lingkungan Ditjen Kebudayaan, museum akan dijadikan Badan Layanan Umum (BLU). BLU membolehkan museum untuk mencari dana sendiri.
Museum Nasional Indonesia mulai buka pada 26 Juni 2020. Protokol kesehatan diterapkan secara ketat, seperti pembatasan jarak, pembatasan jumlah pengunjung, dan pembatasan waktu kunjung. Belum lagi cuci tangan dan pakai masker.
Selama masa "Bekerja dari rumah", Museum Nasional melakukan beberapa kegiatan daring. Menurut Ibu Dyah, dalam masa Normal Baru itu, pengunjung Museum Nasional cuma 140 orang dalam seminggu. Padahal dalam suasana normal sebelum pandemi, jumlah pengunjung mencapai 1.000 orang sehari.
Menurut Ibu Anne, pembukaan museum di Belanda mengikuti peraturan pemerintah. Misalnya beli tiket secara daring, membawa surat kesehatan, dsb. Selain itu ada aturan asosiasi museum, yakni 1 pengunjung butuh 10 meter persegi dan 12 pengunjung setiap 15 menit. Upaya lain adalah mengurangi jumlah meja kafe.
Pembatasan serupa ada di Muzium Negara Malaysia. Semua kegiatan juga dilakukan secara daring, antara lain kegiatan lomba fotografi, video pendek, kuis mingguan, dan tanya kurator. Menyambut Idul Fitri lalu, museum menampilkan virtual gallery dengan menampilkan koleksi khusus.
Menurut Pak Zamrul, protokol kesehatan dilakukan secara ketat. Meskipun demikian terkadang ada faktor manusiawi seperti lupa masker. Dalam hal ini museum akan memberikan masker. Dalam tingkat kepatuhan terkadang ada yang lupa jaga jarak, terutama rombongan keluarga.
Museum pasti berubah. Untuk itu museum, terutama museum swasta, harus memiliki sumber daya kreatif. Terutama di daerah dengan akses internet terbatas. Konten daring menjadi pilihan utama, apalagi sekarang media sosial seperti Instagram dan kanal Youtube menjadi daya tarik. Tenaga-tenaga kreatif dan inovatif ini yang diharapkan bisa menyelamatkan museum-museum swasta.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H