Museum Nasional Indonesia mulai buka pada 26 Juni 2020. Protokol kesehatan diterapkan secara ketat, seperti pembatasan jarak, pembatasan jumlah pengunjung, dan pembatasan waktu kunjung. Belum lagi cuci tangan dan pakai masker.
Selama masa "Bekerja dari rumah", Museum Nasional melakukan beberapa kegiatan daring. Menurut Ibu Dyah, dalam masa Normal Baru itu, pengunjung Museum Nasional cuma 140 orang dalam seminggu. Padahal dalam suasana normal sebelum pandemi, jumlah pengunjung mencapai 1.000 orang sehari.
Menurut Ibu Anne, pembukaan museum di Belanda mengikuti peraturan pemerintah. Misalnya beli tiket secara daring, membawa surat kesehatan, dsb. Selain itu ada aturan asosiasi museum, yakni 1 pengunjung butuh 10 meter persegi dan 12 pengunjung setiap 15 menit. Upaya lain adalah mengurangi jumlah meja kafe.
Pembatasan serupa ada di Muzium Negara Malaysia. Semua kegiatan juga dilakukan secara daring, antara lain kegiatan lomba fotografi, video pendek, kuis mingguan, dan tanya kurator. Menyambut Idul Fitri lalu, museum menampilkan virtual gallery dengan menampilkan koleksi khusus.
Menurut Pak Zamrul, protokol kesehatan dilakukan secara ketat. Meskipun demikian terkadang ada faktor manusiawi seperti lupa masker. Dalam hal ini museum akan memberikan masker. Dalam tingkat kepatuhan terkadang ada yang lupa jaga jarak, terutama rombongan keluarga.
Museum pasti berubah. Untuk itu museum, terutama museum swasta, harus memiliki sumber daya kreatif. Terutama di daerah dengan akses internet terbatas. Konten daring menjadi pilihan utama, apalagi sekarang media sosial seperti Instagram dan kanal Youtube menjadi daya tarik. Tenaga-tenaga kreatif dan inovatif ini yang diharapkan bisa menyelamatkan museum-museum swasta.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H