Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Perlu Tenaga Kreatif dan Inovatif untuk Menyelamatkan Museum Swasta Akibat Pandemi

8 Juli 2020   19:35 Diperbarui: 8 Juli 2020   19:32 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pembatasan jumlah pengunjung di Museum Nasional (Foto: Museum Nasional)

Kondisi museum di Malaysia saat pembukaan pasca pandemi (Foto: Zamrul)
Kondisi museum di Malaysia saat pembukaan pasca pandemi (Foto: Zamrul)
Pembatasan

Museum Nasional Indonesia mulai buka pada 26 Juni 2020. Protokol kesehatan diterapkan secara ketat, seperti pembatasan jarak, pembatasan jumlah pengunjung, dan pembatasan waktu kunjung. Belum lagi cuci tangan dan pakai masker.

Selama masa "Bekerja dari rumah", Museum Nasional melakukan beberapa kegiatan daring. Menurut Ibu Dyah, dalam masa Normal Baru itu, pengunjung Museum Nasional cuma 140 orang dalam seminggu. Padahal dalam suasana normal sebelum pandemi, jumlah pengunjung mencapai 1.000 orang sehari.

Menurut Ibu Anne, pembukaan museum di Belanda mengikuti peraturan pemerintah. Misalnya beli tiket secara daring, membawa surat kesehatan, dsb. Selain itu ada aturan asosiasi museum, yakni 1 pengunjung butuh 10 meter persegi dan 12 pengunjung setiap 15 menit. Upaya lain adalah mengurangi jumlah meja kafe.

Setiap pengunjung mendapat satu pen touch untuk menyentuh layar (Foto: Anne)
Setiap pengunjung mendapat satu pen touch untuk menyentuh layar (Foto: Anne)
Museum di Belanda, kata Ibu Anne, juga memberikan pen touch kepada setiap pengunjung sebagai layanan digital, membuat alur kunjungan 1 arah, dan menerapkan kapasitas maksimum lift. Karena ada pembatasan, jumlah kunjungan berkurang 80%.

Pembatasan serupa ada di Muzium Negara Malaysia. Semua kegiatan juga dilakukan secara daring, antara lain kegiatan lomba fotografi, video pendek, kuis mingguan, dan tanya kurator. Menyambut Idul Fitri lalu, museum menampilkan virtual gallery dengan menampilkan koleksi khusus.

Menurut Pak Zamrul, protokol kesehatan dilakukan secara ketat. Meskipun demikian terkadang ada faktor manusiawi seperti lupa masker. Dalam hal ini museum akan memberikan masker. Dalam tingkat kepatuhan terkadang ada yang lupa jaga jarak, terutama rombongan keluarga.

Museum pasti berubah. Untuk itu museum, terutama museum swasta, harus memiliki sumber daya kreatif. Terutama di daerah dengan akses internet terbatas. Konten daring menjadi pilihan utama, apalagi sekarang media sosial seperti Instagram dan kanal Youtube menjadi daya tarik. Tenaga-tenaga kreatif dan inovatif ini yang diharapkan bisa menyelamatkan museum-museum swasta.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun