Begitu pun Pak Win. Batu-batu yang terkumpul kemudian diupayakan penyusunannya. Namanya susunan percobaan. Setiap batu beratnya sekitar 100 kg. Ada juga yang puluhan kg. Khusus untuk bagian pintu, beratnya sekitar 2 ton.
Sebagai gambaran, menurut Pak Mul dan Pak Win, candi perwara memiliki ukuran 6,8 meter x 6,8 meter dengan tinggi 13 meter. Ukuran sebesar itu terdiri atas 1.600 komponen batu. Susah mengukur prestasi mereka karena dalam sehari kadang tidak menemukan batu yang cocok.
Pekerjaan pemugaran termasuk lama dan rumit. Bayangkan pemugaran Candi Prambanan sampai kini belum selesai. Banyak batu masih belum ketemu, bahkan ada yang aus. Adanya batu-batu baru bisa dilihat di Candi Prambanan. Batu-baru baru diberi tanda, untuk membedakan dari batu asli.
Banyak keingintahuan masyarakat terahadap kegiatan pemugaran, sebagaimana dari pertanyaan mereka. "Dengan kemajuan foto dan teknologi yang ada, adakah kemungkinan untuk membuat semacam database dari batu yang ada untuk lebih memudahkan rekonstruksi? Bukan untuk meniadakan tugas para zoeker dan steller tapi untuk mempermudah pekerjaan mereka," tulis seorang penanya.
Ada lagi kesan dari seorang peserta, "Salut dengan Pak Mul dan Pak Win. Luar biasa ketajaman dan  ketelitian bapak dalam memilah dan memilih batu-batu candi. Tugas yang berat untuk suatu rekonstruksi."
Beberapa peserta juga menanyakan seberapa jauh terjadi regenerasi mengingat jumlah candi semakin banyak ditemukan. Lalu bagaimana cara zoeker dan steller menangani candi dari batu putih dan batu bata mengingat yang dibicarakan adalah candi berbahan batu andesit.
Nah, begitulah kerja zoeker dan steller. Gak gampang karena memerlukan daya ingat dalam  menandai batu. Agar candi menarik, memang diperlukan keterampilan 'menjodohkan' pasangan batu.***
Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H