Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Perlu Kolaborasi Arkeolog-Numismatis untuk Meneliti Uang Kuno

1 Juli 2020   18:10 Diperbarui: 2 Juli 2020   21:13 501
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun numismatis bisa memberi bantuan kepada arkeolog. Ini dimaklumi mengingat mata uang menjadi 'makanan sehari-hari' si numismatis.

Kolaborasi antara arkeolog-numismatis amat diperlukan, terutama untuk memperkaya informasi atau koleksi pada museum-museum daerah. Beberapa museum daerah atau museum provinsi memiliki salah satu ruangan yang bertema Numismatika dan Heraldika. Di sinilah peran itu bisa bermanfaat besar.

Staf Museum Uang Sumatera di Medan memperlihatkan koin kuno masa kerajaan (Foto: Antara)
Staf Museum Uang Sumatera di Medan memperlihatkan koin kuno masa kerajaan (Foto: Antara)
Museum yang secara khusus memiliki koleksi uang ada beberapa di Indonesia. Bisa disebut Museum Bank Indonesia di Jakarta dan Museum Uang Sumatera Utara di Medan. 

Di luar itu ada Museum Nasional yang memiliki koleksi numismatik lumayan banyak. Dalam lingkup yang lebih kecil, museum uang ada di beberapa daerah.

Setiap museum uang memiliki kekhasan. Sesungguhnya lewat gabungan museum-museum tersebut kekayaan kita yang berupa uang dapat diperkenalkan kepada dunia luar. Khasanah uang kita amat banyak, sebagaimana tercermin dari perjalanan sejarah bangsa kita. 

Bahkan kita juga punya uang perkebunan berbahan logam dan bambu. Yang unik, kita punya uang hasil tenunan putri-putri Keraton Buton yang disebut bida atau kampua. Kekayaan inilah yang harus diperlihatkan kepada anak cucu lewat museum.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun