Mengingat kegiatan dilakukan secara daring, siapa saja boleh mengikuti kegiatan ini asalkan terlebih dulu mendaftar. Banyak pertanyaan terlontar dalam kegiatan itu, antara lain bagaimana cara/metode mengenali sebuah temuan fosil di lapangan, bagaimana mengidentifikasi fosil manusia atau fosil fauna, apakah identifikasi fosil bisa dilakukan di lapangan, Â dan bagaimanakah cara seorang arkeolog menghidupkan fosil sehingga memiliki dongeng dan bisa dipelajari masyarakat dengan mudah.
Seorang warga dekat Sangiran mengaaukan pertanyaan sederhana, "Saya tinggal di Sambungmacan. Sejauh yang saya tahu, beberapa tahun lalu dilakukan ekskavasi di daerah desa Cemeng. Kalau tidak salah juga, kemarin ada pemuda yang menemukan fosil gading gajah. Sudah lama tidak ada kegiatan ekskavasi lagi di sini. Apakah kegiatan ekskavasi dilakukan hanya saat ada penemuan? Ataukah ada jangka waktu berapa tahun sekali dilakukan ekskavasi? Lalu, apakah masyarakat bisa dilibatkan dalam kegiatan ekskavasi?"
Serunya kegiatan daring adalah bisa diikuti masyarakat awam. Tentu mereka yang haus pengetahuan. Semoga masyarakat lebih berperan untuk melestarikan situs-situs arkeologi di Indonesia.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H