Menangani koleksi yang cuma terjangkit "flu" cukup gampang. Obatnya sederhana. Biasanya dengan cairan kimia yang banyak terdapat di pasaran. Lain halnya kalau koleksi sudah terjangkit "Covid-19". Sejumlah "dokter museum" harus terlibat di dalamnya. Obatnya pun harus dipesan secara khusus.
Memelihara
Memelihara memang lebih sulit daripada mendapatkan. Soalnya memelihara dilakukan untuk waktu panjang atau selama mungkin. Memelihara yang dua persen saja lumayan sulit. Bagaimana nasib koleksi Museum Nasional yang 98 persen lagi?
Menurut Kepala Museum Nasional Pak Siswanto, nanti ada tata pamer baru dengan topik "Menjadi Indonesia". Â Akan ada rotasi koleksi sehingga masyarakat tidak bosan. Rotasi koleksi memang harus dilakukan secara periodik, taruhlah setiap dua tahun.
Ada usulan dari peserta Zoom pada acara 14 Mei 2020 kemarin agar kegiatan konservasi bisa dilihat masyarakat umum. Menurut Ibu Ita Yulita, setiap Rabu Museum Nasional sudah mengundang masyarakat untuk membantu konservasi koleksi. Untuk tahap pertama, yang terlibat adalah mahasiswa.
Menyambut Hari Museum Internasional setiap 18 Mei, sejak 12 Mei 2020 Museum Nasional menyelenggarakan acara daring. Kelebihan acara daring bisa diikuti peserta dari luar Jakarta. Covid-19 memang telah mengubah kegiatan tatap muka menjadi kegiatan jarak jauh. Semoga ke depan ada dua variasi kegiatan.***
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI