Bisa dipastikan mereka terpengaruh internet terutama toko online dan youtube. Bayangkan, koin kotor dan masih relatif baru yang berumur 20-an tahun, ditawarkan dengan harga ratusan ribu hingga jutaan. Yang mau menjual 'uang kuno' memang banyak, tapi belum tentu ada yang berminat. Selain harganya tinggi, kondisinya pun tidak mendukung.
Saya pernah melihat uang kertas bergambar Jenderal Sudirman seperti di atas ditawarkan dengan harga Rp 200.000. Uang ini bersejarah, tadinya gak mau saya jual, ujar si pemosting. Padahal, harga koleksi sejenis untuk kondisi mulus paling sekitar Rp 20.000. Harga mata uang kertas Indonesia umumnya berpatokan pada buku katalog uang kertas, yang sudah beberapa kali diterbitkan.
Baca juga : Banyak Tulisan dan Tayangan tentang "Uang Kuno" hanya demi Mengejar "Pageview" atau "Monetisasi"
Begitu pun koleksi koin. Dijual koin kuno 1945, 2 juta angkut, demikian tulis si pemosting. "Jangan bermimpi bung," ujar yang satu. "Emang berlapis emas," ujar yang lain. "Harganya di luar akal sehat," ada lagi yang berkomentar begitu. Segala bully-an pun keluar. Memang, untuk kondisi kotor seperti yang diposting, harganya paling sekitar Rp 5.000. Uang seperti itu, lazim disebut benggol atau uang kerokan, terbuat dari tembaga. Saking banyaknya produksi 1945, uang benggol banyak dijuali secara kiloan.
Jadi, harga 'uang kuno' tergantung 'grade' atau kondisi. Kondisi lecek, layu, terlipat, kotor, berkarat, dan aus pasti tidak diminati kolektor. Soalnya koleksi sejenis masih banyak di pasaran, terutama pedagang numismatik.*** Â Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H