Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Melihat Dua Buku Arkeologi yang Fenomenal Sejak 1980-an

5 Mei 2020   19:40 Diperbarui: 6 Mei 2020   20:34 713
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kegiatan rutin sejak 20 tahun lalu, berkarya di rumah (Dokpri)

Saya ingat ketika itu yang menjadi tukang stensil bernama Pak Jiman. Sore hari saat kuliah sudah sepi, saya dan beberapa teman ke ruang stensil. Wah, pokoknya pekerjaan cukup merepotkan. Pada bagian akhir ke tukang jilid yang banyak terdapat di seputaran Rawamangun.

Kamus Arkeologi Indonesia 2 termasuk buku babon. Buku ini hasil pengerjaan selama beberapa tahun oleh Nurhadi Magetsari, Abu Sidik Wibowo, Hasan Djafar, IGAA Ratnadi, S. Kusparyati, Sumarti, dan Ayatrohaedi. Buku ini disusun secara alfabetis, memuat berbagai uraian singkat tentang candi, prasasti, arca, nama raja, dan tentang kearkeologian lain.

Buku ini memiliki ketebalan 328 halaman. Cukup tebal memang. Hal ini karena buku distensil satu muka. Kalau seandainya bolak-balik, tentu jumlah halaman semakin menyusut. Namun kekurangan cara stensil, kalau bolak-balik hasil cetakan suka tembus.

Buku Bibliografi Arkeologi Indonesia pun dicetak satu muka dengan ketebalan 318 halaman. Penyusun buku ini terdiri atas Hasan Djafar, Edhie Wurjantoro, Tawalinuddin Haris, dan Siswadhi.

Sesuai namanya bibliografi, tentu saja isi buku tentang tulisan---baik berupa buku maupun artikel, atau makalah---yang berhubungan dengan kearkeologian. Tentu saja dibatasi antara 1951 sampai 1980.

Sementara para penulisnya memiliki beragam latar pendidikan, seperti arkeologi, sejarah, geologi, arsitek, dan kedokteran. Tidak ada pembatasan asal penulis. Para pakar atau pemerhati mancanegara, banyak juga termuat dalam buku ini.

Kegiatan rutin sejak 20 tahun lalu, berkarya di rumah (Dokpri)
Kegiatan rutin sejak 20 tahun lalu, berkarya di rumah (Dokpri)
Cetak ulang

Sebenarnya kedua buku amat bermanfaat untuk kalangan arkeologi generasi 2000-an.

Sekitar 1983 itu kedua buku dicetak sangat terbatas. Seingat saya tidak sampai 100 eksemplar. Tentu saja generasi-generasi setelah kampus Rawamangun membutuhkan kedua buku sebagai bahan referensi.

Semoga kedua buku bisa dicetak ulang dalam format yang lebih bagus. Referensi seperti ini tidak akan basi. Bayangkan, buku History of Java karangan Raffles yang ditulis pada abad ke-18 saja masih menjadi referensi hingga kini

Menurut saya, kedua buku masih fenomenal. Saya pikir ini tantangan juga untuk dosen-dosen generasi ketiga atau keempat, kalau boleh diumpamakan demikian, untuk menghasilkan karya 'keroyokan' lain yang bermanfaat untuk berbagai kalangan. Apalagi kini ilmu arkeologi sudah semakin berkembang.   

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun