Uang perkebunan banyak juga di museum ini. Token, demikianlah nama lain uang perkebunan, dulu pernah dipakai secara lokal di wilayah Sumatera Utara. Perkebunan Deli pernah dikenal dalam sejarah. Karena itulah maskot museum ini disebut Kak Orips (singkatan ORI Provinsi Sumatera) dan Bang Tobun (singkatan Token Perkebunan).
Menurut Pak Barus, banyak mahasiswa datang ke MUS untuk melakukan penelitian dan membuat skripsi. Memang uang merupakan ladang penelitian untuk menyusun sejarah ekonomi sekaligus sejarah politik pada masa dulu.
Kalau saja tidak ditutup karena pandemi, MUS ramai didatangi pengunjung. Dengan demikian menghidupkan geliat wisata di Medan dan sekitarnya. Rombongan pelajar, pramuka, dan mahasiswa sering ke sini. Begitu pula wisatawan nusantara dan wisatawan mancanegara.
Tadinya Gedung Juang 45, salah satu bangunan cagar budaya Kota Medan yang menjadi saksi perjuangan Indonesia melawan penjajahan, Â sempat terbengkalai dan penuh debu. Namun sejak MUS menempati lantai 2, gedung ini sudah bagus dan kembali terawat. Â
MUS bukan hanya memamerkan uang kertas ORIPS, koin kerajaan/kesultanan, dan masin cetak, tapi juga uang masa penjajahan Belanda dan pendudukan Jepang. Uang unik yang berasal dari berbagai daerah di Sumatera, antrara lain uang Siantar, Karo, Tapanuli, Rantau Prapat, Labuhan Batu, dan banyak lagi.
Banyak uang kertas itu terlihat sangat unik karena menggunakan bahan yang amat sederhana seperti kertas tulis dan kertas singkong. Keunikan lain, ditulis menggunakan mesin tik dengan stempel pemerintah setempat seperti wedana, bupati, atau penguasa militer. Juga ada bon kontan dan kupon penukaran sebagai pengganti uang. Â
Kalau sekolah atau kampus merupakan lembaga pendidikan formal, MUS menjadi tempat pendidikan nonformal. Sebagai museum swasta, tentu saja MUS memerlukan biaya perawatan. Saat ini MUS mengenakan tarif masuk Rp 10.000. Namun para pengunjung akan mendapatkan cenderamata koin kuno. Mari kita belajar, melihat sejarah, melestarikan warisan leluhur, sekaligus mengembangkan ilmu pengetahuan lewat museum.***
Â
Â
Â