Museum Kebangkitan Nasional bekerja sama dengan Ikatan Pemandu Museum Indonesia (IPMI), Minggu, 10 November 2019, menyelenggarakan acara diskusi permuseuman bertopik "Kepemanduan Museum dalam Pelayanan dan Pembelajaran Para Guru SLTA se-Jabodetabek". Diskusi dihadiri sekitar 120 peserta.
Pada kesempatan itu tampil tiga pembicara, yakni Pak Amat Kusaini Al-Alexs, Mbak Yulianti Fajar Wulandari, dan Mbak Arifanti Murniawati dengan moderator Mas Dhanu Wibowo.
![Dari kiri Pak Alex, Mbak Yuli, Mbak Moci, dan Pak Rozak dari Muskitnas (Dokpri)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2019/11/11/ipmi-05-5dc8ddb1d541df0f9a079833.jpg?t=o&v=770)
Menurut Pak Alex, demikian sapaannya, pada dasarnya trik kepemanduan tidak bisa dipelajari dengan cara teori saja, namun biasanya akan terlahir dari diri seorang pemandu setelah praktek memandu. "Namun pemandu dapat mempelajari beberapa trik kepemanduan dalam memuaskan pengunjung demi pelayanan yang maksimal dan prima dalam program edukasi," begitu kata Pak Alex.
Beberapa trik kepemanduan itu antara lain mengetahui asal pengunjung, mengetahui gaya pengunjung, mengetahui tujuan pengunjung, mengetahui klasifikasi pengunjung, dan mengetahui kemampuan pengunjung.
Tentang istilah pelayanan maksimal, menurut Pak Alex, adalah melayani pengunjung secara totalitas, sepenuh hati, suasana keakaraban, humoris, dan penuh tanggung jawab. Sementara indikator pelayanan prima adalah pengunjung merasakan kepuasan dan keamanan dengan pelayanan, pengunjung merasa dihormati dan tersanjung dengan pelayanan yang diberikan, dan umpan balik atau kuesioner yang disebar rata-rata positif.
![Mbak Yuli di hadapan peserta (Dokpri)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2019/11/11/ipmi-02-5dc8df6b097f3646cc0fcf82.jpg?t=o&v=770)
Apa sih museum itu? Nah, itu diuraikan oleh Mbak Yuli. Katanya, museum adalah lembaga yang berfungsi melindungi, mengembangkan, memanfaatkan koleksi, dan mengomunikasikannya kepada masyarakat. Koleksi museum sendiri terbagi atas dua kategori, yakni koleksi cagar budaya dan koleksi non cagar budaya.
Mbak Yuli juga mengemukakan istilah museum umum dan museum khusus. Selain itu pengertian pemilik museum, yang terdiri atas yayasan, perusahaan swasta, pribadi, pemerintah (pusat, provinsi, kota, kabupaten), dan institusi (TNI, Polri, BUMN/BUMD, Kementerian, Non-kementerian).
![Mbak Moci di hadapan peserta (Dokpri)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2019/11/11/ipmi-04-5dc8dfb9097f36405a715212.jpg?t=o&v=770)
Mbak Arifanti atau Mbak Moci, mengungkapkan teknik kepemanduan museum, yakni mengucapkan salam, menyambut, perkenalan, cerita sejarah museum, dan cerita koleksi museum. Dalam 'touring', kata Mbak Moci, mengikuti alur dan tata tertib kunjungan, menceritakan koleksi, mengatur waktu kunjungan, menghidupkan suasana kunjungan, berbicara sesuai kebutuhan dan tingkatan pengunjung.
Selanjutnya menurut Mbak Moci, kita harus mempunyai sikap dalam memandu, yaitu tegas dan luwes, terampil/cekatan, teliti dalam tugas, tanggap dalam pelayanan, dan tangkas menyikapi masalah.
"Seorang pemandu museum harus mempunyai kepribadian yang baik, sopan, dan ramah terhadap pengunjung museum dalam pelayanan terhadap pengunjung," kata Mbak Moci. Juga harus memakai sepatu, memakai kemeja rapi, tidak memakai topi, dan memakai batik.
Banyak pertanyaan kritis disampaikan para guru. Para penanya itu mendapat cenderamata dari Museum Kebangkitan Nasional.
Ikatan Pemandu Museum Indonesia (IPMI) merupakan kerabat dekat Kelompok Pemerhati Budaya dan Museum Indonesia (KPBMI). Pada Desember 2017 KPBMI menyelenggarakan Lokakarya Kepemanduan Museum di Museum Wayang, hasil kerja sama dengan Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman dengan Paramita Jaya. Para peserta lokakarya kemudian membentuk IPMI. Semoga KPBMI dan IPMI bisa terus mendukung dunia permuseuman Indonesia.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI