Menjelang acara Temu Mugalemon (Museum-Galeri-Monumen) di Museum Serangga, saya sempat mampir ke Museum Penerangan. Museum Serangga dan Museum Penerangan terletak di kompleks TMII. Saya naik mobil wisata ke Museum Penerangan dari pangkalan utama dekat tugu.
Museum Penerangan terletak di Jalan Pintu II TMII. Cukup jauh dari pintu gerbang. Tak lama sampailah saya di Museum Penerangan.
Sudah tiga kali ini saya ke Museum Penerangan. Bagian depan tidak ada perubahan berarti. Begitu masuk saya mengisi buku tamu lewat komputer. Inilah salah satu perubahan dibandingkan kunjungan saya yang lalu. Karcis masuknya tetap gratis.
Komunikasi dan informasi
Museum Penerangan berada di bawah Kementerian Komunikasi dan Informatika. Tidak heran, karena penyampaian informasi begitu penting. Di masa penjajahan, rasa nasionalisme antara lain terbangun dari informasi yang disebarkan oleh pejuang kemerdekaan.
Pada bagian awal, pengunjung akan disambut oleh kentongan. Kentongan itu terbuat dari batang pohon yang dilubangi bagian tengahnya. Ketika dipukul, kentongan akan berbunyi nyaring. Fungsi kentongan untuk memanggil masyarakat sekitar atau tanda isyarat.
Saya lihat sebagian besar koleksi berkenaan dengan RRI, TVRI, dan Antara. Radio dari masa kolonial ada di sini. Radio tersebut berfungsi untuk menyiarkan proklamasi kemerdekaan.Â
Terutama peran Pak Jusuf Ronodipuro yang sampai lumpuh karena disiksa tentara Jepang. Namun Pak Jusuf mampu siaran secara sembunyi-sembunyi dari kamar mayat RSCM sekarang.
Tape recorder engkol ada di bagian lain. Alat ini berukuran cukup besar. Usianya sudah lebih dari 50 tahun. Sejarah pendirian TVRI beserta perkembangan logo, diceritakan pada beberapa panel informasi.Â
TVRI berdiri pada 1962 menjelang peristiwa olahraga terbesar Asian Games. Ada satu ruangan untuk menggambarkan kerja para crew TVRI. Juga satu ruangan untuk memperlihatkan siaran RRI.