Ingat Presiden Soeharto pastilah ingat Reformasi 1998. Pada tahun itulah Presiden Soeharto lengser setelah berkuasa selama 32 tahun. Selama perjalanan waktu itu tentu ada hal-hal positif yang dilakukan Pak Harto, begitulah panggilan akrabnya.
Pak Harto dipandang mampu mencerdaskan bangsa dengan buku. Beliau peduli buku sebagaimana pidatonya pada Kongres IKAPI 1974. Pada masa pemerintahannya, Indonesia berhasil meluncurkan satelit Palapa.
Ada sekitar 50 foto terpajang tentang Pak Harto. Ada foto Pak Harto menjadi ketua Gerakan Nonblok. Ada lagi foto Pak Harto ketika melihat maket pembangunan monumen untuk sang proklamator.
Selain foto ada juga buku-buku tentang Pak Harto, medali tentang Pak Harto, dan prangko semasa Pak Harto. Begitulah yang dipamerkan di Museum Kepresidenan RI Balai Kirti, Bogor. Pembukaan pameran dilakukan pada Kamis, 19 September 2019 oleh Plt. Kelapa Museum Kepresidenan RI Balai Kirti Pak Judi Wahjudin. Pameran berlangsung hingga Minggu, 22 September 2019.
Pameran mengambil tajuk "50 Inisiatif Pak Harto untuk Indonesia dan Dunia",identik dengan buku serupa karya Pak Mahpudi yang didiskusikan hari itu juga.Â
Beberapa inisiatif Pak Harto itu antara lain mensahkan UU Tindak Pidana Korupsi, mengaktifkan kembali Indonesia di PBB, menggerakkan masyarakat menabung, menggerakkan PKK, menyelamatkan Candi Borobudur, dan mensahkan UU Perkawinan. Para undangan menikmati pameran sambil dipandu Pak Gunawan W.W, dari Museum Purna Bhakti Pertiwi.
Buku karya Pak Mahpudi kemudian didiskusikan. Bu Amurwani, Kepala Museum Kepresidenan sebelum ini, bertindak sebagai moderator. Menurut Pak Mahpudi, selama masa pemerintahan Pak Harto banyak inisiatif beliau untuk memajukan peradaban. Apalagi cita-cita beliau mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur. Semuanya tentu harus dicapai bertahap atau berkelanjutan.
Ternyata, kalau Pak Jokowi terkenal dengan blusukan, Pak Harto sering melakukan perjalanan incognito atau diam-diam. "Sering melakukan incognito tanpa publikasi, bahkan selama seminggu sampai Banyuwangi. Beliau menginap di rumah penduduk dan menemui masyarakat lalu beliau serap untuk mengambil keputusan," kata Pak Mahpudi.
Pak Mahpudi juga berbicara Supersemar melalui cuplikan pidato Presiden Soekarno milik Arsip Nasional RI. Antara lain dikatakan Jenderal Soeharto telah mengerjakan perintah Supersemar dan saya mengucapkan terima kasih.
Mantan menteri Soebijakto Tjakrawerdaya mengatakan Pak Harto membangun masyarakat adil makmur berdasarkan Pancasila. Pembangunan Pancasila meliputi multiaspek, seperti ekonomi, politik, sosial, dan budaya.Â
"Sekarang antarbangsa sendiri saling mengejek sebagaimana tayangan sebuah stasiun TV swasta," kata Pak Soebijakto.
Sebenarnya ketika itu akan dibuat istilah Soehartonomics. Namun, kata Pak Soebijakto, Pak Harto menolak karena beralasan ia melaksanakan GBHN. Pak Soebijakto selanjutnya menceritakan tentang gelar Bapak Pembangunan yang lebih tinggi daripada Pahlawan karena yang menetapkan MPR dan tentang ucapan Pak Harto yang tidak akan mengadili Bung Karno.
Cerita .lain diungkapkan Letjen (Pur) Soejono. Menurutnya, Pak Harto senang mendengar cerita Pak Habibie. Beliau betah menjadi pendengar yang baik selama tiga jam. "Kalau mendengar Habibie satu jam, berarti membaca satu buku," kata Pak Soejono menirukan Pak Harto.
Pak Soejono pernah menjadi Ketua Umum Perkumpulan Filatelis Indonesia (PFI). Menurut beliau, selama masa pemerintahan Pak Harto, 445 kejadian terabadikan dalam prangko. Bahkan tiap tahun pernah diterbitkan prangko seri Pelita (Pembangunan Lima Tahun).
Prof. Susanto Zuhdi ikut berkomentar tentang buku karya Pak Mahpudi. "Kelebihan Pak Mahpudi mengemas tulisan, mengambil hikmah, dan menampilkan sisi terang," kata Pak Santo. Tambahnya, semakin banyak tulisan, semakin baik kita melihat sejarah.
Sejarah, kata Pak Santo, harus melihat keseimbangan. "Sejarah terbuka untuk siapa saja yang ingin memasukinya," katanya. "Ada yang ingin melupakan. Pada saat mengingat, sedang melupakan yang lain," begitu kira-kira ilmu sejarah.
Pembukaan pameran dan diskusi buku dihadiri beberapa tokoh era Pak Harto, Asosiasi Museum DKI Jakarta "Paramita Jaya", komunitas, pelajar, dan pemerhati sejarah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H