Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Impian Arkeolog Pejuang Mandiri Mendirikan Perpustakaan Pribadi untuk Umum

28 Agustus 2019   09:57 Diperbarui: 28 Agustus 2019   10:11 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beberapa koleksi yang belum tertata (Dokpri)

Yang namanya pemeliharaan atau perawatan ternyata merepotkan dan mahal. Apalagi merawat barang-barang kertas. Saya pernah mengalami beberapa kejadian menyedihkan. 

Ketika banjir melanda Jakarta pada 2002, sekitar 100 buku dan majalah koleksi saya rusak terendam. Beberapa bulan lalu, puluhan koleksi buku saya dimakan rayap. Termasuk tiga lemari yang berbahan serbuk gergaji. Waduh, semuanya tidak terselamatkan.

Hingga sekarang, kalau ditaksir, saya punya ratusan buku. Umumnya tentang sejarah, arkeologi, dan museum. Maklum, saya lulusan bidang Arkeologi. Dulu saya pernah menjadi jurnalis. Nah, dari hasil meliput itulah saya kumpulkan koleksi sedikit demi sedikit.

Banyak makalah hasil seminar, lokakarya, dan kegiatan (ilmiah) lain saya jilid. Ada juga yang saya simpan di ordner. Makalah yang saya jilid itu berukuran relatif sama, kuarto atau folio. Setelah distaples, saya bawa ke toko kertas. Istilah mereka 'disisir'. Maksudnya diratakan kiri-kanan dan atas-bawah.

Koleksi buku yang belum dilindungi plastik (Dokpri)
Koleksi buku yang belum dilindungi plastik (Dokpri)
Bahan kertas

Selain buku dan makalah, saya punya puluhan kliping. Tiap topik saya simpan dalam ordner berbeda. Nah, ini yang cenderung rawan karena berbahan kertas koran. Berbagai kliping itu saya kumpulkan sejak saya SMP. Berarti masa 1970-an. Bayangkan, sudah lebih dari 40 tahun.

Buku dan makalah sebenarnya ada juga yang cukup rawan. Terutama yang berbahan kertas koran dan duplikator. Dulu makalah distensil. Jadi tintanya bisa blobor. Baru pada masa kemudian makalah difotokopi. Semoga tinta fotokopi mampu bertahan lama.

Koleksi makalah lepasan (Dokpri)
Koleksi makalah lepasan (Dokpri)
Lima tempat

Dihitung-hitung saya punya empat rak buku metal. Dua buah berukuran 80 x 30 x 180 sentimeter. Dua buah lagi berukuran 100 x 30 x 180 sentimeter. Masih ada satu lemari buku jati berukuran 90 x 40 x 180 sentimeter. 

Nah, rak/lemari ini tergolong kokoh. Koleksi-koleksi lain masih saya simpan dalam beberapa rak buku berbahan serbuk gergaji dan kontener plastik.  Boleh dibilang saat ini koleksi buku, majalah, kliping, makalah, dan surat terpencar di lima tempat. Di kamar tidur saya ada banyak. Di kamar tidur anak lelaki ada empat rak. Di kamar mertua ada tujuh rak. Di ruang santai ada tiga rak dan dua kontener besar. Di gudang ada dua kontener besar.

Oh ya, saya masih punya koleksi foto hitam putih, foto berwarna, klise hitam putih, klise berwarna, dan slide. Semuanya saya simpan dalam lima kontener berukuran sekitar 20 x 30 sentimeter. Saya baru punya scanner untuk foto. Entah kapan kebeli scanner untuk klise dan slide.

Atas nasihat seorang teman, koleksi buku dan majalah saya masukkan ke dalam plastik transparan. Yah, lumayan dari gangguan debu, serangga, dan air, termasuk kelembaban.  Memang agak merepotkan karena licin. Tapi yah demi kelestarian apa boleh buat.

Koleksi makalah yang sudah dijilid (Dokpri)
Koleksi makalah yang sudah dijilid (Dokpri)
Pusat informasi

Sebenarnya di rumah mertua ada kamar berukuran 2 x 2,5 meter. Di depan kamar ada ruangan berukuran 3 x 2,5 meter. Kalau ditata sih lumayan rapi. Cuma di kedua tempat itu rawan bocor. Jadi masih perlu dana untuk memperbaikinya. Saya tanya tukang berapa biaya untuk semua ini, dia bilang sekitar 20 juta, wow.

Semoga setelah ada dana, saya bisa memperbaiki tempat tersebut. Juga bisa membeli beberapa lemari jati yang berpintu supaya koleksi tidak lekas kotor.

Terus terang, saya hanya lulusan arkeologi yang tidak pernah bekerja di kantor mana pun. Namun koleksi buku saya mungkin lebih banyak dan beragam daripada doktor atau intelektual arkeologi lain. 

Rencananya, saya mau membuat perpustakaan pribadi dengan tema Pusat Informasi Museum, Arkeologi, dan Sejarah. Semoga bukan hanya impian seorang Arkeolog Pejuang Mandiri. 

Saya akan persilakan teman-teman komunitas atau siapa saja datang ke sini untuk membaca sekaligus mencerdaskan. Bisa jadi akan saya sediakan makan siang. Yah minimal cemilan, kopi, dan mie seduh.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun