Terungkap dari panel informasi, pada masa pendudukan Jepang 1942-1945, gudang-gudang dijadikan tempat perbekalan tentara Jepang. Setelah kemerdekaan, gudang tersebut menjadi aset PLN dan PTT.
Selain panel informasi, pameran menampilkan bagian-bagian asli bagian bangunan museum. Ada batu bata dan genteng dari tanah liat. Ada lagi gerendel pintu, kunci, engsel, angkur, dan pengait besi. Â Benda-benda besi itu terbuat dari baja murni. Tak heran, sebagian besar masih mampu bertahan hingga sekarang.
Januari 2018 lalu Museum Bahari mengalami musibah kebakaran. Nah, sisa-sisa bahan yang gosong ikut dipamerkan. Mulai 1 Juli 2019 lalu upaya merenovasi Museum Bahari tengah dilakukan. Semoga segera selesai.
Oh ya, Museum Bahari berfungsi sebagai tempat menyimpan, memelihara, mengonservasi, dan menyajikan koleksi yang berhubungan dengan kehidupan kebaharian dan kenelayanan bangsa Indonesia. Ada koleksi miniatur perahu tradisional, ada peralatan kapal modern. Selain itu ada penggambaran tokoh-tokoh pejuang dan diorama bangsa asing yang masuk ke Nusantara.
Museum Bahari mudah dicapai loh. Museum ini terletak di Jalan Pasar Ikan Nomor 1, Jakarta Utara. Adanya menara di tepi jalan menandai lokasi Museum Bahari. Menara dan museum terletak berseberangan. Dulu titik nol Batavia ada di menara ini.
Tiket masuk Museum Bahari cukup murah, hanya Rp5.000. Di hari libur banyak wisatawan asing datang ke sini. Ayo, jangan mau kalah dengan mereka. Datanglah ke Museum Bahari, karena bukan hanya gudang rempah tapi juga gudang ilmu pengetahuan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H