Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Nelayan Muslim Makassar Masuk Australia pada 1700-an

15 April 2019   20:05 Diperbarui: 15 April 2019   20:22 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Melihat pameran sambil mencatat (Dokpri)

Jarang-jarang pemerintah mancanegara berpameran di museum Indonesia. Kalaupun pernah, pasti bisa dihitung jari tangan. Salah satu negara tetangga, Australia, mulai hari ini berpameran di Museum Sejarah Jakarta. Pameran itu diberi tajuk "Boundless Plains: The Australian Muslim Connection". 

Dataran tidak bertepi, begitulah terjemahannya. Kedutaan Besar Australia dan Islamic Museum of Australia berperan dalam pameran itu. Pameran menampilkan sejumlah foto tentang sejarah Islam di Australia. Juga pengaruh masyarakat Muslim Asia Tenggara, termasuk Indonesia, dalam perkembangan Islam di Australia selama lebih dari 200 terakhir ini. 

Sebenarnya Islamic Museum of Australia masih berusia muda karena didirikan pada 2010. Ini merupakan museum komunitas nirlaba di Melbourne yang bertujuan menampilkan warisan artistik yang kaya dan sumbangsih sejarah umat Muslim di Australia dan luar negeri. Pameran itu dikuratori oleh Ali Fahour, pendiri museum. Ia memulai karier sebagai guru di Islamic College di pinggiran Melbourne.

Batu nisan Islam di Australia (Dokpri)
Batu nisan Islam di Australia (Dokpri)
Topi penunggang onta tergambar dalam foto. Penunggang onta itu berasal dari Asia Selatan yang membantu mengembangkan pedalaman Australia. Masuknya onta ke Australia digambarkan oleh salah satu panel. Ada nisan bertuliskan aksara Arab. Jelas merupakan makam Islam. 

Ada lagi lukisan yang menggambarkan sejumlah kapal ke pantai utara Arnhem Land, termasuk nelayan Muslim dari Makassar, pada 1700-an dan sebelumnya. Pelaut Makassar itu berdagang dengan penduduk asli Yolngu di Australia utara.

Pembukaan pameran dilakukan oleh Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta Bapak Edy Junaedi. Sebelumnya Duta Besar Australia untuk Indonesia Bapak Gary Quinlan memberikan sambutan. Turut hadir Kepala Unit Pengelola Museum Kesejarahan Jakarta Ibu Sri Kusumawati sebagai tuan rumah.

Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta Pak Edy Junaedi sedang mencoba alat tiga dimensi ditemani Ibu Sri Kusumawati (Dokpri)
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta Pak Edy Junaedi sedang mencoba alat tiga dimensi ditemani Ibu Sri Kusumawati (Dokpri)
Alat tiga dimensi

Dalam pameran itu pengunjung boleh mencoba semacam alat tiga dimensi. Kita bisa melihat gambar dengan memakai semacam kacamata khusus. Kacamata ini dilengkapi dengan ponsel di bagian belakang. Ada petunjuk seperti panah dan pilihan. Gambar bisa terlihat 360 derajat. Pokoknya kita bisa melihat dari kiri diputar sedikit-sedikit ke kanan. Ke atas dan ke belakang juga bisa. 

Beberapa kepala museum di lingkungan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan hadir pada acara itu, yakni Ibu Esti Utami dan Pak Husnison Nizar, termasuk Kepala UPK Kotatua, Bapak Norviadi. Ketua Asosiasi Museum di DKI Jakarta Paramita Jaya, Pak Yiyok T. Herlambang, ikut hadir. Undangan lain komunitas, pemerhati museum, dan media.

Melihat pameran sambil mencatat (Dokpri)
Melihat pameran sambil mencatat (Dokpri)
Pameran akan berlangsung hingga Selasa, 30 April 2019. Museum Sejarah Jakarta berlokasi di kawasan Kotatua. Tidak jauh dari stasiun kereta api Jakarta Kota dan halte TransJakarta Kota. Cukup jalan kaki sekitar 300 meter dari sana. Dengan membayar karcis masuk Rp5.000 kita sudah bisa melihat pameran foto itu, termasuk pameran tetap di sana. 

Jangan lupa lihat juga Kamar Diponegoro yang baru diresmikan awal April lalu. Oke yah, jangan lupa berkunjung ke Museum Sejarah Jakarta. Nah, di dekatnya ada Museum Wayang, Museum Seni Rupa dan Keramik, Museum Bank Indonesia, Museum Mandiri, bahkan Museum Bahari. Jadi jelajahilah museum sekaligus.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun