Jarang-jarang pemerintah mancanegara berpameran di museum Indonesia. Kalaupun pernah, pasti bisa dihitung jari tangan. Salah satu negara tetangga, Australia, mulai hari ini berpameran di Museum Sejarah Jakarta. Pameran itu diberi tajuk "Boundless Plains: The Australian Muslim Connection".Â
Dataran tidak bertepi, begitulah terjemahannya. Kedutaan Besar Australia dan Islamic Museum of Australia berperan dalam pameran itu. Pameran menampilkan sejumlah foto tentang sejarah Islam di Australia. Juga pengaruh masyarakat Muslim Asia Tenggara, termasuk Indonesia, dalam perkembangan Islam di Australia selama lebih dari 200 terakhir ini.Â
Sebenarnya Islamic Museum of Australia masih berusia muda karena didirikan pada 2010. Ini merupakan museum komunitas nirlaba di Melbourne yang bertujuan menampilkan warisan artistik yang kaya dan sumbangsih sejarah umat Muslim di Australia dan luar negeri. Pameran itu dikuratori oleh Ali Fahour, pendiri museum. Ia memulai karier sebagai guru di Islamic College di pinggiran Melbourne.
Ada lagi lukisan yang menggambarkan sejumlah kapal ke pantai utara Arnhem Land, termasuk nelayan Muslim dari Makassar, pada 1700-an dan sebelumnya. Pelaut Makassar itu berdagang dengan penduduk asli Yolngu di Australia utara.
Pembukaan pameran dilakukan oleh Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta Bapak Edy Junaedi. Sebelumnya Duta Besar Australia untuk Indonesia Bapak Gary Quinlan memberikan sambutan. Turut hadir Kepala Unit Pengelola Museum Kesejarahan Jakarta Ibu Sri Kusumawati sebagai tuan rumah.
Dalam pameran itu pengunjung boleh mencoba semacam alat tiga dimensi. Kita bisa melihat gambar dengan memakai semacam kacamata khusus. Kacamata ini dilengkapi dengan ponsel di bagian belakang. Ada petunjuk seperti panah dan pilihan. Gambar bisa terlihat 360 derajat. Pokoknya kita bisa melihat dari kiri diputar sedikit-sedikit ke kanan. Ke atas dan ke belakang juga bisa.Â
Beberapa kepala museum di lingkungan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan hadir pada acara itu, yakni Ibu Esti Utami dan Pak Husnison Nizar, termasuk Kepala UPK Kotatua, Bapak Norviadi. Ketua Asosiasi Museum di DKI Jakarta Paramita Jaya, Pak Yiyok T. Herlambang, ikut hadir. Undangan lain komunitas, pemerhati museum, dan media.
Jangan lupa lihat juga Kamar Diponegoro yang baru diresmikan awal April lalu. Oke yah, jangan lupa berkunjung ke Museum Sejarah Jakarta. Nah, di dekatnya ada Museum Wayang, Museum Seni Rupa dan Keramik, Museum Bank Indonesia, Museum Mandiri, bahkan Museum Bahari. Jadi jelajahilah museum sekaligus.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H