Kami sempat berkeliling kampung. Dulu kampung itu sepi dan jauh dari kota. Pada abad ke-17 ketika mulai dihuni orang-orang keturunan Portugis, masih berupa hutan belantara. Kali Tugu masih ada, mungkin dulunya disebut Candrabhaga. Sayang airnya sudah kotor dan berwarna agak hitam.
Kawasan ini sudah tertutup permukiman. Mengingat di sini pernah ditemukan prasasti Tugu, seharusnya masih banyak artefak arkeologi yang berada di kawasan Tugu. Sayang pada masa 1970-an Dinas Museum dan Sejarah DKI Jakarta belum memiliki banyak tenaga arkeolog. Situs Tugu pun tergerus proyek pembangunan jalan tol.
Kawasan Tugu sendiri dicanangkan sebagai obyek wisata pesisir. Namun fasilitas yang tersedia masih minim. Gereja Tugu juga kurang perawatan. Entah pemugarannya melibatkan tenaga arkeolog atau tidak. Yang jelas papan petunjuk bahwa Gereja Tugu menjadi cagar budaya terpasang sejak lama oleh Dinas Pemugaran dan Permuseuman, nama waktu itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H