Museum Sumpah Pemuda punya hajatan lagi. Masih dalam rangka peringatan Sumpah Pemuda, hari ini, 15 November 2018, diselenggarakan diskusi 90 Tahun Sumpah Pemuda bertopik "Makna Sumpah Pemuda untuk Generasi Milenial". Narasumber pada kegiatan itu adalah dua sejarawan, yakni Bondan Kanumoyoso, staf pengajar Departemen Sejarah FIB UI dan J.J. Rizal, dari Komunitas Bambu. Sebagai moderator Berthold Sinaulan, aktivis berbagai komunitas, di antaranya Kelompok Pemerhati Budaya dan Museum Indonesia (KPBMI).
Kegiatan dibuka oleh Kepala Museum Sumpah Pemuda, Ibu Huriyati. Menurut Ibu Huriyati, museum harus bermanfaat buat masyarakat lewat informasi dan kegiatan yang disajikan. "Museum harus menjadi jembatan yang menghubungkan masa lalu dengan masa kini dan masa mendatang," katanya.
Diskusi dihadiri sekitar 80 undangan, terdiri atas pelajar, mahasiswa, guru, komunitas, dan pemerhati sejarah.
Jika di awal abad ke-20 para pemuda mulai terbentuk kesadaran akan keindonesiaannya berkat pendidikan, maka di awal abad ke-21 ini para pemuda yang sekarang disebut generasi milenial kesadaran keindonesiaannya telah meluas. Perluasan kesadaran tersebut disebabkan penggunaan teknologi internet dan telepon pintar. Melalui kedua wahana komunikasi tersebut, generasi muda Indonesia semakin terhubung satu dengan lainnya. Demikian kata Pak Bondan di awal makalahnya. "Bahkan mereka mudah berinteraksi dengan orang-orang yang berasal dari negara lain," lanjut Pak Bondan.
Pak Bondan menguraikan, dulu banyak organisasi dibentuk oleh para pemuda yang menempuh pendidikan. Misalnya Budi Utomo oleh para pelajar STOVIA di Batavia. Banyak organisasi menghimpun para pemuda pelajar dari berbagai etnis untuk menyatukan budaya, bahkan menuju Indonesia merdeka.
Selanjutnya muncul organisasi pemuda yang anggotanya adalah para mahasiswa dari beragam suku. Organisasi itu adalah Indonesische Clubgebouw yang kebanyakan anggotanya tinggal di gedung asrama di Jalan Kramat 106. Sekarang gedung itu menjadi Museum Sumpah Pemuda.
Memasuki abad ke-21. Menurut Bondan, muncul generasi baru dalam masyarakat Indonesia yang disebut generasi milenial. Penjelasan tentang arti kata generasi milenial diberikan oleh Sosiolog Karl Manheim. Menurut dia, generasi milenial adalah mereka yang lahir setelah 1981 sampai awal 2001. Jadi kisaran usianya 17 sampai 37 tahun.
Bondan mengatakan, generasi milenial mendapatkan informasi tentang Sumpah Pemuda dari pelajaran sejarah di sekolah, pemberitaan media massa, termasuk internet dan media sosial. Dulu, kata Bondan, masalah utama yang dihadapi para pemuda adalah menyatukan cita-cita bersama, membentuk bangsa Indonesia, dan mewujudkan kemerdekaan. Pada awal abad ke-21 permasalahan yang dihadapi adalah korupsi, pengangguran, kriminalitas, dan sebagainya.
Generasi kreatif