Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Lukisan "Plesetan" tentang Basoeki Abdullah Mengundang Senyum

25 September 2018   22:02 Diperbarui: 26 September 2018   23:38 1776
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu sudut pameran (Dokpri)

Spirit Potret, begitulah tema pameran temporer di Museum Basoeki Abdullah. Acara itu dibuka secara resmi oleh Direktur Warisan dan Diplomasi Budaya, Nadjamuddin Ramly, Selasa, 25 September 2018. Sejumlah 25 lukisan karya 19 perupa ditampilkan dalam pameran lukisan tersebut.

Pameran itu dikuratori oleh Agus Dermawan T. dan Dian Ardianto. Sebagai narasumber Nunus Supardi, Luthfi Asiarto, dan Joko Madsono. Pameran akan berlangsung hingga 25 Oktober 2018 mendatang.

Menurut laporan Kepala Museum Basoeki Abdullah Maeva Salmah, pelukis peserta pameran berasal dari berbagai daerah di Indonesia yang merupakan peserta undangan melalui penilaian ketekunan perkembangan karya mereka. "Potret merupakan tema yang sangat dikuasai oleh pelukis Basoeki Abdullah bahkan menjadi rujukan berbagai pelukis segenerasi ataupun pada generasi muda berikutnya," kata Ibu Maeva.

Kurator Agus Darmawan T. mengatakan, pameran lukisan itu adalah upaya menghidupkan kembali karya-karya Basoeki Abdullah. Yang menjadi fokus utamanya adalah energi yang ada di balik karya-karya sang maestro.

Basoeki dianggap sebagai salah seorang pelukis potret paling fenomenal di Indonesia dan berbagai negara. Boleh dibilang ia merupakan pelukis istana karena mengabadikan sejumlah tokoh dunia. Basoeki lama bermukim di Thailand. Di sana ia melukis keluarga kerajaan.

Pak Nadjamuddin Ramly dan Bu Maeva Salmah di ruang pameran (Dokpri)
Pak Nadjamuddin Ramly dan Bu Maeva Salmah di ruang pameran (Dokpri)
Plesetan

Cukup mengundang senyum melihat ulah para seniman era zaman now itu. Memang mereka diminta untuk mengubah potret dengan gaya dan cara mereka sendiri. Juga dengan penafsiran dan narasi sendiri.

Hasilnya adalah lukisan 'aneh', menghibur, dan serba plesetan. Mungkin saja masyarakat awam tidak tahu makna yang terkandung di dalamnya. Tapi sejauh mata memandang, yang penting asik-asik saja. Ada yang terinspirasi dari lukisan potret diri Basoeki Abdullah, Jaka Tarub karya Basoeki Abdullah, dan tokoh-tokoh karya Basoeki Abdullah.

Demikian pula karya Lim Hui Yung atau Ayung. Uniknya, tokoh-tokoh yang digambarkan adalah orang utan. Dalam lukisan yang diberi judul "Pride", ia menonjolkan seekor orang utan sedang mengayuh becak. Penumpangnya tiga ekor orang utan. Di dekat becak, tergeletak seekor anjing. "Itulah lambang kekuatan dan kelemahan," kata Ayung.

Lukisannya yang lain,  "Tomorrow Will be Better", terinspirasi dari lukisan Basoeki berjudul "Tujuh Bidadari". Di sini pun tokohnya bukan tujuh bidadari tapi orang utan. Ayung mengatakan, ia ingin membuat parodi dari penggambaran kondisi saat ini. Lihat saja lukisannya, ada orang utan berswafoto.

Ternyata ada maksud lain Ayung. Ia ingin memperkenalkan satwa langka Indonesia. Soalnya, Ayung adalah anggota komunitas pencinta orang utan di Kalimantan.

Kegiatan pameran ini merupakan salah satu sarana penyebaran informasi, sebagai upaya memberikan pemahaman tentang arti penting peran Museum Basoeki Abdullah dan pelukis Basoeki Abdullah dalam dunia seni rupa Indonesia.  

Tamu undangan di ruang pameran (Dokpri)
Tamu undangan di ruang pameran (Dokpri)
Rangkaian acara

Di sela-sela acara pembukaan diberikan penghargaan kepada para pelajar yang  terpilih sebagai pemenang lomba esei. Selain itu Wawan Teamlo, sempat menceritakan ihwal pembuatan animasi Basoeki Abdullah ketika ia masih kecil. Diceritakan ketika masih berumur 10 tahun Basoeki sempat ke Bali seorang diri. Di kereta ia bertemu dengan seorang dokter yang mengajaknya mampir di Surabaya. Ketika pulang, Basoeki memperoleh uang banyak dari hasil melukis beberapa teman sang dokter.

"Risetnya tiga bulan tapi waktu tayang film animasi ini cuma 10 menit," kata Wawan. Agus Dermawan T. dan Nadjamuddin Ramly sangat tertarik dengan paparan Wawan. Mereka akan berusaha menjadikan Basoeki Abdullah sebagai film layar lebar yang bisa ditonton masyarakat.

Pameran menjadi acara pembuka dalam rangkaian acara yang digelar sebulan penuh. Kegiatan selanjutnya seminar, lomba pemandu museum, workshop menulis esei, dan gerebek museum. Acara ditutup pada 25 Oktober 2018 dengan pengumuman pemenang berbagai lomba. Turut mendukung kegiatan tersebut Asosiasi Museum Indonesia DKI Jakarta atau Paramita Jaya, Dinas Pendidikan DKI Jakarta, dan Sanggar Hapsari.   

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun