Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kondisi Museum Cakraningrat Memprihatinkan

16 September 2018   14:47 Diperbarui: 16 September 2018   20:01 838
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Museum Cakraningrat (http://life.108jakarta.com/2017/06/museum-cakraningrat-bangkalan)

Saya tanya ke seorang pemandu, bagaimana merawat benda-benda koleksi ini. Menurutnya, museum dibantu tenaga dari Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur di Trowulan.  

Nah, ini masalahnya. Mengapa museum tidak memiliki tenaga sendiri? Memang, demi penghematan boleh-boleh saja. Beberapa koleksi mebel tampak terbengkalai karena kondisinya memprihatinkan. Saya yakin, dana APBD Museum Cakraningrat sangat kecil. Museum masih dipandang harus mendatangkan Penerimaan Asli Daerah (PAD). Yah mana mungkin karena museum bersifat benefit (manfaat), bukan profit (keuntungan).

Museum Cakraningrat berada di bawah pengelolaan Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan, dan Pariwisata. Ini juga kendala karena museum tidak berdiri sendiri. Biasanya kepala museum dijabat oleh Kepala Seksi Kebudayaan, Kepala Seksi Pariwisata, Kepala Seksi Sejarah dan Purbakala, atau apa pun namanya.

Koleksi batu (Dokpri)
Koleksi batu (Dokpri)
Sebagian besar museum yang berada di bawah pengelolaan Dinas Kebudayaan atau dengan nomenklatur lain, memang kondisinya kurang memuaskan. Coba saja baca Peraturan Pemerintah No. 66/2015 tentang Museum. Apakah museum mempunyai tenaga register, kurator, edukator, konservator, administrasi, rumah tangga, keamanan, dan lain-lain? Jawabnya ada tapi dirangkap oleh tenaga dari dinas.

Itulah kekurangan museum yang dikelola dinas. Beberapa rekan pernah mengeluh karena museum digabung dengan taman budaya. Beberapa rekan di Jakarta pun sering ngedumel karena surat yang dikirim untuk museum justru sampainya ke dinas. Yang diundang orang museum, yang datang malah orang dinas yang gak ngerti masalah.

Sebaiknya Kementerian Dalam Negeri memberikan perhatian penuh. Sudah saatnya museum-museum yang dikelola pemprov, pemkab, atau pemkot memperoleh status khusus. Bisa Unit Pengelola (UP) seperti di Jakarta atau Unit Pelaksana Teknis (UPT) dan Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) sebagaimana di luar Jakarta.

Dalam hal jumlah museum, kita ketinggalan jauh dari banyak negara. Jadi setiap daerah harus didorong untuk mendirikan museum. Apalagi museum merupakan etalase negara dan etalase daerah sehingga setiap warga masyarakat akan mencari informasi dari museum. Jadikan museum sebagai kebanggaan daerah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun