Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bincang Keramik Kuno, Sinergitas Museum dengan Komunitas

26 Agustus 2018   23:33 Diperbarui: 26 Agustus 2018   23:41 783
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Poster bincang keramik (KPBMI)

Para peserta yang mendaftar lewat google form sungguh antusias mendengar paparan Ibu Naniek. Dari daftar hadir terlihat para peserta berprofesi guru, pelajar, pramuka, mahasiswa, karyawan swasta, pegawai negeri sipil, dan wiraswasta. "Saya datang dari jauh, dari Purwakarta. Saya bersama isteri dan anak saya," kata seorang bapak. Bapak itu sempat menjawab beberapa pertanyaan dari Ibu Naniek. Dengan demikian, ia memperoleh cendera mata dari panitia.

Banyak peserta mengemukakan keingintahuan mereka lewat pertanyaan. Misalnya tentang murah dan mahalnya harga koleksi, tentang pengenalan keramik untuk murid-murid sekolah, dan tentang peranan museum. Peserta yang aktif diberi cendera mata mug atau payung, bahkan buku, oleh Museum Seni Rupa dan Keramik. Hadiah khusus diberikan oleh Unit Pengelola Museum Seni, yang membawahi Museum Seni Rupa dan Keramik, berupa belajar gratis keramik dan membatik.

Poster bincang keramik (KPBMI)
Poster bincang keramik (KPBMI)
Kalau tidak dibatasi waktu makan siang, mungkin kegiatan interaksi masih berlangsung. "Semoga sering-sering diadakan kegiatan seperti ini. Bermanfaat sekali buat masyarakat," kata seorang peserta yang berprofesi pemandu. Ia aktif juga di Indonesia Heritage Society.

"Saya dapat ilmu banyak," kata Adit, mahasiswa Universitas Pertahanan dari Bogor. Komunitas memang menjadi jembatan antara institusi dengan masyarakat awam. "Pokoknya saya selalu pantengin media sosial KPBMI. Begitu ada kegiatan saya langsung daftar," kata seorang peserta.

Siappp...komunitas akan selalu memberi hidup kepada museum dan arkeologi, bahkan lebih luas sesuai minat KPBMI, yakni Sepurmudaya (sejarah, purbakala, museum, budaya) lewat kegiatan edukasi mendalam. Sinergitas komunitas dengan museum jelas amat diperlukan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun