Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

Bisakah Mendulang Emas dari Cabang Khusus di Asian Games 2018?

15 Agustus 2018   12:02 Diperbarui: 16 Agustus 2018   21:02 965
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pernak-pernik Asian Games 1962 (Dokumentasi pribadi)

Setelah merdeka pada 1945, Indonesia berupaya tampil di gelanggang olahraga internasional. Namun selama lima tahun ke depan, artinya masa 1945-1950, Indonesia masih sibuk mempertahankan kemerdekaan. Akibatnya upaya untuk tampil di Olimpiade 1948 di London, Inggris, belum berhasil. 

Padahal, pada 1947 telah berdiri Komite Olimpiade Indonesia (KOI) dipimpin Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Sebagai gantinya, KOI mengusulkan adanya kompetisi olahraga nasional. Pekan Olahraga Nasional (PON) I berhasil diselenggarakan di Surakarta pada 1948.

Sementara itu, bersamaan dengan Olimpiade 1948, G.D. Sondhi dari India mengajak perwakilan negara-negara Asia yang berpartisipasi dalam Olimpiade itu untuk mendiskusikan perkembangan olahraga di Asia. Mereka sepakat untuk menyelenggarakan pesta olahraga se-Asia yang disebut Asian Games setiap empat tahun. 

Rencananya Asian Games I berlangsung di India pada 1950, namun karena berbagai masalah ditangguhkan pada 1951. Asian Games berikutnya diadakan pada 1954, 1958, dan seterusnya.

Ketika pada 1955 Indonesia menjadi tuan rumah Konferensi Asia-Afrika, Presiden Sukarno menyatakan keinginan untuk menyelenggarakan kegiatan internasional yang lain, termasuk pesta olahraga Asia. Niat tersebut disampaikan delegasi Indonesia pada Olimpiade 1956 di Melbourne (Australia). 

Memang ketika itu olahraga Indonesia belum menonjol, kecuali tim sepakbola yang berhasil menahan kesebelasan Rusia dengan angka 0-0 pada Olimpiade 1956. Juga tim bulutangkis yang menggondol Piala Thomas pada 1958 dan All England tahun-tahun berikutnya. 

Alhasil, Indonesia mendapat kesempatan sebagai tuan rumah Asian Games IV pada 1962. Malah setahun kemudian Indonesia menyelenggarakan Ganefo, pesta olahraga bagi negara-negara Asia dan Afrika yang telah merdeka.   

Pernak-pernik Asian Games 1962 (Dokumentasi pribadi)
Pernak-pernik Asian Games 1962 (Dokumentasi pribadi)
Maju Terus

Asian Games IV diselenggarakan di Jakarta pada 24 Agustus hingga 4 September 1962. Motto yang diusung Ever Onward atau Maju Terus. Presiden Sukarno membuka dengan resmi Asian Games IV di Stadion Utama Senayan.

Asian Games IV diikuti oleh 17 negara, mempertandingkan 15 cabang olahraga dengan 1.460 atlet. Banyak sumber menyebutkan Asian Games IV diikuti 15 atau 16 negara. Namun menurut tesis Amin Rahayu (2012), Asian Games IV diikuti 17 negara. 

Berdasarkan urutan medali yang diperoleh, negara-negara yang berpartisipasi dalam Asian Games IV terdiri atas Jepang, Indonesia, Filipina, India, Pakistan, Korea (Utara), Malaysia, Thailand, Burma, Singapura, Srilanka, Hongkong, Afganistan, Vietnam, Kamboja, Borneo Utara, dan Sarawak.

Dalam Asian Games itu kontingen Indonesia menduduki peringkat kedua di bawah Jepang. Medali yang diperoleh berjumlah 51, terdiri atas 11 medali emas, 12 medali perak, dan 28 medali perunggu. Lumbung emas kontingen Indonesia berasal dari cabang bulutangkis.

Lima medali emas dihasilkan olahraga itu. Sisanya dari atletik (2 emas), loncat indah putri (1 emas), dan balap sepeda (3 emas). Kalau dihitung dari jumlah medali emas yang dibagikan sebanyak 120, Indonesia memperoleh 9,1%.

Memang ketika itu beberapa kontingen tidak ikut karena masalah politik, misalnya Tiongkok, Taiwan, dan Korea Selatan. Banyak negara Arab pun tidak berpartisipasi. Betapa pun, prestasi kontingen Indonesia patut dibanggakan. Semoga pada Asian Games XVIII 2018 mendatang, prestasi tinggi pun akan ditorehkan atlet-atlet Indonesia.

Martabat bangsa

Setelah 56 tahun, kembali Indonesia menjadi tuan rumah Asian Games. Tahun ini Asian Games ke-18 dipusatkan di dua kota, yakni Jakarta dan Palembang. Kegiatan akan berlangsung pada 18 Agustus-2 September 2018, diikuti 45 negara, 11.000 atlet, dan mempertandingkan 40 cabang olahraga.

Penyelenggaraan Asian Games tentu saja mempunyai beberapa makna, di antaranya mengangkat nama, harkat, dan martabat bangsa Indonesia di mata internasional. Juga untuk mendukung peningkatan prestasi olahraga, terutama ke tingkat dunia.

Lewat olahraga biasanya tercipta solidaritas nasional, kebanggaan nasional, stabilitas keamanan, persatuan, dan kesatuan bangsa Indonesia. Nah, apalagi tahun ini merupakan tahun politik. 

Kalau biasanya dua kubu berseteru di media sosial, bahkan saling mengunggah atau menulis ujaran kebencian, kita harapkan melalui Asian Games ini masyarakat bersatu. Kita harus mendukung tim kita menuju  prestasi dunia. Lewat cara ini politik menjadi adem.

Pembangunan

Penyelenggaraan Asian Games jelas berdampak banyak pada pembangunan. Sejak beberapa tahun lalu pembangunan sarana olahraga gencar dilakukan di Jakarta dan Palembang. Begitu juga fasilitas pendukungnya, seperti wisma atlet, infrastruktur, kereta ringan, kereta bawah tanah, dan latih tanding atlet. 

Dulu menjelang Asian Games 1962, pemerintah membangun kompleks Stadion Utama Senayan, Stasiun TVRI, Hotel Indonesia, Patung Selamat Datang, dan masih banyak lagi.  

Kini kegiatan pendukungan pun datang dari mana-mana. Sejumlah museum di Jakarta dan Palembang sudah siap didatangi wisatawan. Bahkan sudah mengadakan serangkaian pameran temporer. Begitu juga beberapa instansi di bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, menyelenggarakan pameran bersama. 

Pusat perdagangan pun ikut bersolek dan bersiap diri. Yang jelas, kota Jakarta dan Palembang yang tadinya amburadul, kini semakin rapi. Semoga kondisi seperti ini tetap dipertahankan seusai Asian Games.

Apakah sebagai tuan rumah kita akan berprestasi tinggi? Nah, hal itu tentu masih dipertanyakan. Di ruang lingkup yang lebih kecil saja, SEA Games, yakni pesta olahraga negara-negara Asia Tenggara, kita semakin lama semakin terpuruk. Dalam beberapa tahun terakhir peringkat kita anjlok di bawah Thailand, Malaysia, dan Vietnam. Bahkan pernah di bawah Filipina dan Singapura.

Sesungguhnya, prestasi olahraga mencerminkan prestasi bangsa. Lihat saja dalam beberapa kali Olimpiade, Amerika Serikat, Rusia, Jerman, Tiongkok, Jepang, dan Korea selalu mendominasi perolehan medali. Indonesia sendiri cuma mendapatkan medali lewat olahraga kebanggaan, bulutangkis.

Dalam Asian Games setiap negara boleh menyelenggarakan cabang olahraga khusus, yakni olahraga baru atau yang tidak dipertandingkan dalam Olimpiade. 

Olahraga baru itu tentu yang menguntungkan pihak tuan rumah. Kali ini ada sepuluh cabang olahraga baru, antara lain bridge, panjat tebing, paralayang, dan pencak silat. Semoga kita banyak mendulang medali emas dari cabang-cabang khusus itu.

Di Asian Games 2014, kontingen Indonesia menduduki peringkat ke-17. Jauh di bawah Tiongkok, Korea, dan Jepang. Sebagaimana kita tahu, ketiga negara itu adalah penguasa ekonomi dunia. 

Jadi tidak salah kalau ada anggapan mereka yang menguasai perekonomian dunia merupakan penguasa olahraga dunia. Bahkan posisi kita di bawah sesama negara Asia Tenggara, Thailand, Malaysia, dan Singapura.

Kita harapkan sebagai tuan rumah, prestasi Indonesia bisa membanggakan. Bisakah Indonesia minimal menduduki peringkat 2 seperti pada Asian Games 1962? Dengan segala perjuangan dan dukungan supporter, semoga tahun ini bisa. Ayo berjuang! Dulu atlet-atlet kita rela berjuang mengharumkan nama negara. Kini dengan iming-iming bonus uang, prestasi harus meningkat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun