Batavia pernah mendapat julukan 'Ratu dari Timur'. Dulu, kota yang sekarang bernama Jakarta itu mempunyai pelabuhan yang terkenal. Waktu itu perdagangan sangat maju. Berbagai benda dagang pernah ditemukan di sini, termasuk dari kapal kargo yang tenggelam di perairan Jakarta. Kapal dagang yang dikenal sebagai 'Intan Cargo' itu memuat berbagai benda.
Salah satu benda dagang yang paling laku di pasaran adalah keramik. Banyak keramik ditemukan di wilayah daratan dan perairan Jakarta. Keramik-keramik itu berasal dari sejumlah negara. Namun negara terbanyak yang memproduksi keramik adalah Asia. Nah, berbagai jenis keramik dari negara-negara Asia, termasuk berupa pecahan, mulai 4 Agustus 2018 dipamerkan di Museum Seni Rupa dan Keramik. Pameran itu bertajuk 'Ceramics in Batavia: The Age of Partnership', berlangsung hingga 2 September 2018. Museum Seni Rupa dan Keramik terletak di kawasan Kota Tua Jakarta.
Menurut Kepala Museum Seni Rupa dan Keramik, Ibu Esti Utami, pameran itu diselenggarakan untuk menyambut perhelatan akbar olahraga se-Asia, Asian Games. Â Jadi kontingen olahraga yang memiliki waktu luang akan dibawa ke obyek-obyek wisata di wilayah Jakarta, termasuk museum. Kurator pameran adalah Naniek Harkantiningsih dan Sonny C. Wibisono, arkeolog dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional.
Kalau berbicara keramik, orang menganggap Tiongkok merupakan produsen satu-satunya. Keramik Tiongkok dari berbagai masa, dari yang berusia ratusan tahun hingga lebih dari seribu tahun, memang banyak ditemukan di Indonesia. Namun, beberapa negara juga memproduksi keramik.
Keramik Jepang dianggap sejajar dengan keramik Tiongkok. Keramik yang cukup dikenal berasal dari kiln (tungku pembakaran) di Provinsi Hizen. Keramik Jepang itu teridentifikasi dari periode Momoyama (1573-1603). Dalam pameran, keramik Jepang umumnya berwarna-warni. Namun ada juga yang berwarna biru putih, sebagaimana keramik Tiongkok. Pakar keramologi biasanya mampu mendeteksi keramik dari negara mana secara cepat dan tepat.
Keramik Vietnam mempunyai ciri tersendiri. Terbagi atas keramik Ling Nan di tenggara dan Annam di selatan. Motif keramik Vietnam mudah dikenal, tentu saja oleh pakar keramik.
Keramik Thailand dikenal sejak pemerintahan Raja Ram Kaheng. Dibandingkan keramik Tiongkok, Jepang, dan Vietnam, keramik Thailand memiliki karakteristik tersendiri. Tempat pembuatannya terdapat di Sukhothai, Sawankhalok, dan Singburi.
Indonesia diwakili oleh keramik Singkawang di Kalimantan Timur. Beberapa guci terpajang di sana. Keramik Singkawang menggunakan teknologi tradisional Tiongkok.
Berbagai bentuk keramik terlihat di pameran itu. Cukup membawa pemahaman buat undangan. Hadir dalam acara itu pemerhati museum, komunitas, kolektor, dan perwakilan museum di wilayah Jakarta.
Ada piring, mangkok, cepuk, kendi, botol, cepuk, dan lain-lain dalam pameran. Umumnya milik Museum Seni Rupa dan Keramik. Sebagian kecil milik kolektor. Keramik milik kolektor rata-rata berkondisi bagus. Sebaliknya koleksi milik Museum Seni Rupa dan Keramik ada yang tidak utuh. Bahkan berupa pecahan.
Sejumlah koleksi dibiarkan apa adanya, hanya sedikit konservasi agar lebih awet berada di udara terbuka. Itulah keramik yang berasal dari perairan Teluk Jakarta. Tanda-tanda bekas terendam ratusan tahun dan adanya karang tampak sekali. Arkeologi memang mengutamakan keaslian.
Benda-benda logam yang berada di dalam 'Intan Cargo' ikut dipamerkan. Ini supaya wawasan pengunjung bertambah.
Buat arkeologi memang cukup beruntung kalau menemukan keramik dalam kegiatan ekskavasi (penggalian arkeologis). Tidak perlu keramik utuhan, keramik pecahan pun bermanfaat. Pecahan-pecahan keramik yang telah direkonstruksi, ikut dipamerkan. Ini memberi gambaran kepada pengunjung bagaimana kerja arkeolog di lapangan sekaligus memperlihatkan bentuk hampir utuh keramik tersebut.
Selain sumber data arkeologi, keramik menjadi benda investasi loh. Terbukti adanya komunitas penggemar keramik. Supaya tidak penasaran, silakan para ilmuwan, kolektor, pemerhati, atau yang cuma ingin tahu, datang langsung ke Museum Seni Rupa dan Keramik. Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H