Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Usai Bedah Buku "Enru", Melihat Ruang Tahanan Pangeran Diponegoro

10 Mei 2018   15:25 Diperbarui: 11 Mei 2018   07:37 677
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sampul Buku Enru karya Lia Zhang (Dok. KPBMI)

Setelah dua kali tertunda karena masalah tempat, akhirnya acara bedah buku Enru (1980-1741), karya Lia Zhang, berhasil diselenggarakan di Museum Sejarah Jakarta pada Sabtu, 5 Mei 2018 lalu. Maklum yang namanya komunitas, seperti Kelompok Pemerhati Budaya dan Museum Indonesia (KPBMI) ini, dana menjadi kendala. Untunglah ada bantuan tempat dan snack dari pihak Museum Sejarah Jakarta.

Museum Sejarah Jakarta, yang dulu merupakan Stadhuis (Balaikota), dipilih karena menjadi sampul buku dan setting sebagian cerita tapi cukup penting. Bedah buku dihadiri sekitar 50 peserta, berlangsung di Ruang Theater Museum Sejarah Jakarta. Para pembedah buku Suma Mihardja (aktivis) dan Sekar Chamdi (pegiat literasi).  

Enru merupakan buku pertama Lia Zhang, meski sebenarnya ia sering menulis di media daring. Tebal buku sekitar 500 halaman. Dikisahkan, Enru seorang direktur kreatif sebuah biro iklan, mendadak berada di Batavia masa 1700-an. Ia melihat dan mengalami berbagai peristiwa selama VOC berkuasa di Batavia, termasuk pembantaian orang-orang Tionghoa pada 1740.

Berbagai nama lama seperti Weltevreden dan Ommelanden diceritakan Lia Zhang. Dulu yang disebut Batavia dari wilayah laut sampai sekitar lokasi Museum Bank Mandiri sekarang, di seberang Stasiun Kota atau BEOS. Dulu tembok kota Batavia berada di sekitar museum. Di luar itu dinamakan luar kota. Kita memang harus membaca buku-buku sejarah, untuk mengetahui Batavia dan segala permasalahannya waktu itu. Dan Lia Zhang telah melakukan riset kepustakaan, di antaranya di Perpustakaan Nasional. Ringkasan kisah Enru silakan lihat di sini.

Kalau teman-teman tertarik membaca, buku setebal 500 halaman ini dijual seharga Rp180.000. Maklum modal komunitas minim, jadi hanya mampu cetak sedikit. Silakan hubungi pos elektronik kpbmi2017@gmail.com atau WA ke Dhanu di nomor 0838-7494-8510. Beberapa hari mendatang akan tersedia di Museum Sejarah Jakarta.

Pernak-pernik Enru (Dok. KPBMI)
Pernak-pernik Enru (Dok. KPBMI)
Menurut dua narasumber itu, memang ada kekurangan informasi dan struktur tokoh pada buku. Semoga Lia Zhang bisa menerbitkan buku selanjutnya. Minimnya minat baca, terutama pada buku-buku novel sejarah, selalu menjadi kendala untuk penerbitan buku. Apalagi dana komunitas yang bersifat nirlaba jelas-jelas minim.

Kita harapkan Lia Zhang menjadi penulis wanita yang produktif. Satu upaya telah dilakukan dalam bidang literasi. Ini perlu kita sambut dan cukup membanggakan perjuangan Lia Zhang bersama komunitas.

Koleksi Museum Sejarah Jakarta (Dok. KPBMI)
Koleksi Museum Sejarah Jakarta (Dok. KPBMI)
Tur museum

Usai bedah buku, peserta diajak tur museum oleh pemandu dari Kelompok Pemerhati Budaya dan Museum Indonesia (KPBMI). Sebagian peserta memang belum pernah mengunjungi museum ini. Sebagian lagi sudah, tapi kondisi sekarang merupakan tata pamer baru. "Belum rampung semua. Yah baru sekitar 80 persen," kata pemandu Museum Sejarah Jakarta, Ahmad Khusaini yang populer disapa Alex.

Sejak direvitalisasi pada 2016 lalu, kini banyak perubahan pada Museum Sejarah Jakarta. Pintu masuk yang tadinya berada di bagian utara, kini pindah ke bagian barat. Di dalam Museum Sejarah Jakarta pengunjung bisa melihat masa awal Jakarta, yakni pada masa prasejarah.

Peserta bedah buku diajak tur museum (Dok. KPBMI)
Peserta bedah buku diajak tur museum (Dok. KPBMI)
Banyak benda temuan terpajang di sini, misalnya alat-alat batu yang berusia ribuan tahun. Benda-benda tersebut ditemukan di sepanjang Sungai Ciliwung.

Ada lukisan besar tentang Sultan Agung karya S. Sudjojono. Ada patung Hermes di halaman belakang, yang selalu menjadi latar foto oleh pengunjung. Di lantai dua ada mebel-mebel antik berukuran besar. Dulu mebel-mebel ini merupakan koleksi Museum Nasional.

Di halaman belakang juga ada ruang tahanan Pangeran Diponegoro. Para pelaku tindak kriminal masa itu, ditahan di dalam ruangan sempit. Tampak bola-bola batu menjadi ilustrasi ruangan. Dulu kaki pelaku kriminal dirantai dengan bola-bola batu itu. Jelas supaya mereka tidak melarikan diri.

Ada informasi menarik dari rekan saya, Bambang Eryudhawan. "Pangeran Diponegoro tidak ditahan di sel lantai bawah tapi di kamar atas bangunan induk sisi barat. Yang di bagian bawah Kiai Maja dan anak buahnya," begitu katanya. Meskipun berpendidikan arsitek, Yudha--begitu saya memanggil--memang suka sejarah. Sejak beberapa tahun lalu ia menjadi anggota Tim Ahli Cagar Budaya tingkat Nasional. 

Ruang tahanan para pelanggar hukum, termasuk Pangeran Diponegoro (Dok. KPBMI)
Ruang tahanan para pelanggar hukum, termasuk Pangeran Diponegoro (Dok. KPBMI)
Fasilitas buat pengunjung yang tersedia antara lain kafetaria tempat menjual makanan dan minuman ringan. Di dekatnya ada tempat jajanan tradisional seperti kerak telor, toge goreng, tahu gejrot, dan es selendang mayang. Cukup murah. Kerak telor antara Rp20.000 dan Rp25.000 tergantung telur ayam atau telur bebek. Tahu gejrot seporsi cuma Rp10.000, sementara toge goreng Rp15.000.

Jika ke kawasan kota tua Jakarta jangan lupa ke Museum Sejarah Jakarta. Di mata awam populer dengan sebutan Museum Fatahillah, maklum terletak di Taman Fatahillah. Tapi setiap Senin museum tutup yah. Jam buka museum 08.00-16.00. Karcis di museum ini cukup murah kok, Rp5.000.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun