Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Usai Bedah Buku "Enru", Melihat Ruang Tahanan Pangeran Diponegoro

10 Mei 2018   15:25 Diperbarui: 11 Mei 2018   07:37 677
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sampul Buku Enru karya Lia Zhang (Dok. KPBMI)

Ada lukisan besar tentang Sultan Agung karya S. Sudjojono. Ada patung Hermes di halaman belakang, yang selalu menjadi latar foto oleh pengunjung. Di lantai dua ada mebel-mebel antik berukuran besar. Dulu mebel-mebel ini merupakan koleksi Museum Nasional.

Di halaman belakang juga ada ruang tahanan Pangeran Diponegoro. Para pelaku tindak kriminal masa itu, ditahan di dalam ruangan sempit. Tampak bola-bola batu menjadi ilustrasi ruangan. Dulu kaki pelaku kriminal dirantai dengan bola-bola batu itu. Jelas supaya mereka tidak melarikan diri.

Ada informasi menarik dari rekan saya, Bambang Eryudhawan. "Pangeran Diponegoro tidak ditahan di sel lantai bawah tapi di kamar atas bangunan induk sisi barat. Yang di bagian bawah Kiai Maja dan anak buahnya," begitu katanya. Meskipun berpendidikan arsitek, Yudha--begitu saya memanggil--memang suka sejarah. Sejak beberapa tahun lalu ia menjadi anggota Tim Ahli Cagar Budaya tingkat Nasional. 

Ruang tahanan para pelanggar hukum, termasuk Pangeran Diponegoro (Dok. KPBMI)
Ruang tahanan para pelanggar hukum, termasuk Pangeran Diponegoro (Dok. KPBMI)
Fasilitas buat pengunjung yang tersedia antara lain kafetaria tempat menjual makanan dan minuman ringan. Di dekatnya ada tempat jajanan tradisional seperti kerak telor, toge goreng, tahu gejrot, dan es selendang mayang. Cukup murah. Kerak telor antara Rp20.000 dan Rp25.000 tergantung telur ayam atau telur bebek. Tahu gejrot seporsi cuma Rp10.000, sementara toge goreng Rp15.000.

Jika ke kawasan kota tua Jakarta jangan lupa ke Museum Sejarah Jakarta. Di mata awam populer dengan sebutan Museum Fatahillah, maklum terletak di Taman Fatahillah. Tapi setiap Senin museum tutup yah. Jam buka museum 08.00-16.00. Karcis di museum ini cukup murah kok, Rp5.000.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun