Ternyata museum di Nusantara sudah berdiri sejak dua abad yang lalu, tepatnya pada 24 April 1778. Ketika itu berdiri Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (BGKW), yakni lembaga seni dan ilmu pengetahuan di Batavia. Lembaga ilmiah itu memiliki museum, yang sekarang menjadi Museum Nasional. Tepat 24 April 2018, Museum Nasional berusia 240 tahun.
Menyambut ulang tahunnya itu, Museum Nasional mengadakan berbagai acara untuk publik. Tanpa publik memang museum bukan apa-apa. Berbagai acara itu antara lain lomba melukis di atas kaos, lomba vlog, lomba mewarnai, night at the museum, bedah buku, dan pameran. Bahkan masih ada acara berupa diskusi tentang edukasi museum bekerja sama dengan Paramita Jaya, yakni organisasi museum se-Jakarta Raya.
Puncak acara HUT Museum Nasional berlangsung 30 April 2018, diisi dengan acara bedah buku dan pameran. Ada dua pameran yang diselenggarakan, yakni pameran Hardiknas dan pameran perjalanan Museum Nasional. Bedah buku menghadirkan Bonnie Triyana dan Sudarmadji Damais, membahas buku karya Wahyono Martowikrido berjudul Cerita dari Gedung Arca.
Dulu memang Museum Nasional terkenal dengan nama Gedung Arca. Maklum sebagian besar koleksinya berupa arca kuno. Bahkan pernah disebut Gedung Gajah, karena di halaman depan terdapat sebuah arca gajah pemberian dari Raja Siam ketika berkunjung ke Batavia. Nama Museum Gajah kemudian lekat dengan masyarakat. Akibatnya nama Museum Nasional kurang populer.
Perayaan puncak HUT Museum dihadiri oleh Kepala Museum Nasional Bapak Siswanto, dua mantan Kepala Museum Nasional Ibu Suwati Kartiwa dan Ibu Intan Mardiana, mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Bapak Wardiman Djojonegoro, Direktur Jenderal Kebudayaan Bapak Hilmar Farid, dan undangan lain.
Sambutan dari Bapak Siswanto, Sekretaris Ditjen Kebudayaan Ibu Sri Hartini, dan Bapak Hilmar Farid mengawali acara. Dari mereka bertiga tergambar, museum tidak lagi menakutkan, museum akan terbuka untuk kegiatan publik, dan museum merupakan lembaga prestisius.
Pada awalnya Museum Nasional hanya memiliki satu gedung, yang sekarang disebut Gedung A. Tapi kemudian dengan negosiasi alot, Museum Nasional berhasil mendapatkan gedung di sebelahnya, yang sekarang menjadi Gedung B. Itu pun masih dirasa kurang memadai, karena Museum Nasional memiliki sekitar 150.000 koleksi. Kini Museum Nasional memiliki lahan untuk gudang (storage) di areal TMII. Diharapkan Gedung C, termasuk berbagai fasilitasnya, akan rampung pada 2019 mendatang.
Seingat saya Presiden Sukarno pernah akan menjadikan kawasan Medan Merdeka sebagai kawasan kebudayaan. Di Medan Merdeka Barat ada Museum Nasional, di Medan Merdeka Selatan ada Perpustakaan Nasional, dan di Medan Merdeka Timur ada Galeri Nasional.
Sayang sejauh ini status Museum Nasional belum sebaik Perpustakaan Nasional dan Arsip Nasional. Padahal fungsi Museum Nasional besar sekali, seperti menjadi daya tarik pariwisata. Bukan hanya itu, Museum Nasional sering kali dikunjungi tamu negara. Bahkan menjadi alat utama diplomasi budaya sebagaimana yang dilakukan untuk Pameran Europalia di beberapa negara Eropa akhir 2017 lalu.
Semoga setelah gedung Museum Nasional rampung seluruhnya, terjalin tiga semboyan sekaligus. Museum di Mataku karena tata pamer yang enak dipandang. Museum di Hatiku karena keberadaan museum benar-benar dihayati. Museum di Genggamanku karena informasi tentang museum bisa cepat diperoleh melalui gawai.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H