Menyambut Hari Warisan Dunia 18 April 2018, Subdirektorat Program, Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menyelenggarakan berbagai kegiatan.Â
Acara diawali dengan pembukaan pameran pada Senin, 16 April 2018. Hari ini, Selasa, 17 April 2018, berlangsung Bincang Budaya dengan narasumber Prof. Dr. T.A. Fauzi Soelaiman. Beliau pernah menjadi Duta Besar/Wakil Delegasi Tetap RI untuk UNESCO di Prancis.
Bincang-bincang berlangsung santai. Pak Fauzi mengemukakan situs warisan Indonesia dalam daftar warisan dunia. Yang sudah menjadi Warisan Budaya Dunia adalah Kawasan Candi Borobudur, Kawasan Candi Prambanan, Situs Manusia Purba Sangiran, dan Lanskap Budaya Provinsi Bali berupa Sistem Subak. Yang sudah menjadi Warisan Alam Dunia adalah Taman Nasional Komodo, Taman Nasional Ujung Kulon, Taman Nasional Lorents, dan Hutan Hujan Tropis Sumatera.
Banyak pertanyaan terlontar dari para pelajar dan mahasiswa. Misalnya bagaimana nasib warisan budaya dari bawah air yang rawan dicuri. Menurut Pak Fauzi, karena perairan kita sangat luas maka sulit dilakukan pengawasan. Untuk itu perlu peran serta masyarakat, dengan melaporkan kegiatan-kegiatan yang mencurigakan.
Ada pula pertanyaan mengapa keris dan batik menjadi warisan takbenda padahal benda-benda itu berbentuk. Pak Fauzi menjelaskan, yang dimaksud batik bukan bentuk barangnya tapi prosesnya, seperti filosofi warna, teknologi, bahan pewarna, dan teknik pembuatan.
Seorang pelajar SMA bertanya apakah mungkin status sebuah situs yang sudah ditetapkan sebagai warisan dunia bisa dicabut. Menurut Pak Fauzi, hal itu bisa terjadi. Pertanyaan tentang situs yang menjadi korban peperangan juga ditanyakan seorang pelajar.
Pada bagian lain Pak Fauzi menceritakan beberapa situs yang gagal menjadi warisan dunia, di antaranya Kota Tua Jakarta. Situs-situs yang diajukan itu, menurut Pak Fauzi,  masuk ke dalam istilah tentative list di World Cultural Heritage. Sayang ada beberapa situs dikeluarkan dari daftar tentative list karena dianggap kurang memenuhi syarat.
Selama menjadi anggota UNESCO, capaian Indonesia sudah lumayan banyak. Banyak situs, elemen, dokumen, biosfir, geoparks, dan UNESCO Prizes sudah terdaftar dalam World Heritage List, Intangible Cultural Heritage, Memories of theWorld, dan UNESCO Global Geoparks.
Menurut Pak Fauzi, ada beberapa karya seni Indonesia yang disumbangkan ke UNESCO, yakni lukisan Kumbakarna, miniatur Candi Borobudur, dan miniatur patung Garuda Wisnu Kencana. Karya seni baru yang sudah disetujui adalah miniatur kawasan Candi Prambanan, relief Samudraraksa dari Borobudur, Replika tengkorak Sangiran-17, dan angklung robot.