Dari Museum Batak di Balige kami segera menuju Museum Jamin Gintings di Kabanjahe. Balige dan Kabanjahe merupakan dua lokasi cukup dikenal di Sumatera Utara. Karena adanya sisa-sisa longsor, Balige-Kabanjahe ditempuh sekitar lima jam. Yah, lumayan capek.
Buat yang pertama kali ke sini, tentu cukup sulit mencari museum tersebut. Di perempatan jalan hanya tertulis kecil Jalan Museum Ginting Suka. Untung saja sopir mobil sewaan sudah pernah ke sana. Dari perempatan itu kita masuk ke dalam sekitar dua kilometer.
Museum Pahlawan Nasional Letjen Jamin Gintings ada di sebelah kiri jalan. Bentuknya lumayan megah. Museum Jamin Gintings berada di Desa Suka, Kecamatan Tiga Panah, Kabupaten Karo. Dari Medan butuh waktu sekitar tiga jam untuk mencapai museum ini.
Museum Jamin Gintings merupakan museum pribadi. Museum itu dibangun untuk mengenang jasa Pahlawan Nasional Letjen Jamin Gintings. Penggagas pembangunan museum adalah anak tertua Letjen Jamin Gintings. Namun setelah meninggal, diteruskan oleh adiknya. Boleh dikatakan museum ini didirikan untuk kepuasan keluarga.
Sebagai pejuang ia banyak menerima bintang jasa, antara lain Bintang Kartika Eka Paksi Pratama dan Bintang Mahaputra Utama. Semasa hidup Letjen Jamin Gintings telah menulis dua buku, Bukit Kadir dan Titi Bambu. Ia pernah menjabat  Duta Besar Luar Biasa Berkuasa Penuh Republik Indonesia untuk Kanada.
Museum Jamin Gintings diresmikan pada l 7 September 2013 oleh Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro. Tujuan didirikan museum ini sebagai ikon dari desa tempat kelahiran Letjen Jamin Gintings, yaitu Desa Suka. Selain itu diharapkan dapat menjadi wadah untuk melestarikan nilai-nilai perjuangan dan budaya.
Museum memamerkan pernak-pernik yang berhubungan dengan Jamin Gintings. Misalnya saja baju, tongkat, piagam penghargaan, dan panel informasi tentang cerita perjuangan. Juga terdapat kisah atau biografi Letjen Jamin Gintings. Sederetan buku tampak terpajang di sana. Ada beberapa lemari, mengingatkan kita pada perpustakaan. Semua koleksi terdapat di lantai 2.
Pada lantai 1 terdapat benda-benda budaya yang dipakai masyarakat Karo. Antara lain alat-alat pertanian zaman dulu, alat-alat dapur, mesin tenun, anyaman, dan masih banyak lagi. Antara lantai 1 dan lantai 2 dihubungkan dengan tangga. Buat penyandang difabel, tersedia ramp atau jalur kursi roda. Toilet terdapat di lantai 1.