Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dulu di Situs Kuno Muaro Jambi Ada Kampus Buddha Terbesar

18 November 2017   13:20 Diperbarui: 18 November 2017   13:41 2329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kompleks percandian bukan hanya monopoli Jawa. Di Jambi juga ada kompleks sejenis. Namanya kompleks percandian Muaro Jambi. Berada di Kecamatan Maro Sebo, Kabupaten Muaro Jambi, tidak jauh dari tepi Sungai Batanghari. Perhatian terhadap situs Muaro Jambi dimulai oleh Kapten Crooke (1824), Adam (1920), dan Schnitger (1936).

Menurut Bambang Budi Utomo dalam buku Candi Indonesia (Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman, Cet. 2, 2016), situs percandian Muaro Jambi mempunyai luas sekitar 11 kilometer persegi.  Hingga kini terdapat 82 buah sisa bangunan bata. Sebagian besar masih berupa gundukan tanah (menapo). Mengingat bahan itu rapuh, bahkan masih menjadi milik warga, belum semua sisa bangunan dapat dibuka untuk dipugar.

Candi-candi di kompleks Muaro Jambi, ada yang mengelompok, misalnya Candi Gumpung, Candi Tinggi, dan Candi Koto Mahligai. Sebagian berdiri terpisah-pisah, misalnya Candi Astano.

Bata yang digunakan untuk membangun candi (Dokpri)
Bata yang digunakan untuk membangun candi (Dokpri)
Sriwijaya

Situs Muaro Jambi merupakan sebuah kompleks percandian agama Buddha. Kemungkinan besar peninggalan Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Malayu. Pemugaran oleh Pemerintah Indonesia mulai dilakukan pada 1975. Dari sejumlah bangunan yang sudah dipugar, semua menunjukkan ciri Buddhisme. Ini diketahui dari lempeng-lempeng bertuliskan "vajra" pada beberapa candi. Tidak heran setiap tahun umat Buddha melakukan ritual Waisak di kompleks ini.

Temuan-temuan purbakala di sini cukup beragam. Ada manik-manik, benda logam, dan benda batu. Benda-benda itu berasal dari Persia, Tiongkok, dan India. Saya lihat banyak benda batu berupa arca dan umpak hasil temuan disimpan di Gedung Pusat Informasi Kawasan Percandian Muaro Jambi. Selain itu ada pecahan keramik, koin, dan bata bergambar.

Dalam kompleks percandian, terdapat pula beberapa tinggalan berciri Hinduisme.  Saya mengunjungi beberapa candi, dibonceng sepeda motor oleh seorang juru pelihara. Ia sempat menunjukkan parit atau kanal kuno dan kolam tempat penampungan air. "Dulu air ini menjadi bagian dari ritual. Sayang di sisi-sisinya belum ditemukan tangga atau bagian-bagian lain," kata Pak Bujang, juru pelihara yang mengantar saya itu.

Koleksi benda batu temuan dari Muaro Jambi (Dokpri)
Koleksi benda batu temuan dari Muaro Jambi (Dokpri)
Kampus

Berdasarkan informasi dari Prasasti Karang Berahi (abad ke-7), daerah Jambi (Melayu) telah diduduki oleh Sriwijaya. Seorang musafir Tiongkok yang datang ke Mo-lo-yeu (Malayu/Jambi)  pada abad ke-7 mengatakan Melayu telah menjadi Sriwijaya.

Rupa-rupanya Muaro Jambi pernah berfungsi sebagai kampus agama Buddha. Pendeta Yi-jing (I-tsing) mengatakan sebelum ke Nalanda, sebaiknya kita belajar agama Buddha terlebih dulu di Sumatera. Nalanda merupakan kampus agama Buddha terbesar di India. Dalam Prasasti Nalanda diinformasikan sebuah wihara yang dibangun di Nalanda untuk para pelajar dari Sriwijaya dan Jawa.

Dr. Agus Widiatmoko, arkeolog yang meneliti Muaro Jambi mengatakan, saat Kerajaan Sriwijaya berjaya sekitar abad ke-8, mereka mengutus para mahasiswa untuk ke Universitas Nalanda. Kala itu Sriwijaya membangun 2.000 kamar dan satu perpustakaan untuk para mahasiswa di India.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun