Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Melihat Koleksi Unik di Museum Gentala Arasy, Jambi

17 November 2017   15:19 Diperbarui: 18 November 2017   10:17 4020
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kiri: Menara Gentala Arasy dari kejauhan dan kanan: Menara Gentala Arasy dari dekat (Dokpri)

Menara itu sudah terlihat dari kejauhan. Letaknya di tepi Sungai Batanghari. Tepatnya di Kelurahan Arab Melayu, Kecamatan Pelayangan. Dari pusat kota Jambi, menara itu mudah dicapai. Terutama dari sekitar rumah dinas Gubernur Jambi.

Namun untuk mencapai menara, kita harus berjalan kaki di atas jembatan pedestrian. Jembatan itu terletak antara 20-30 meter dari permukaan riak Sungai Batanghari. Panjang jembatan 532 meter dengan lebar 4,50 meter.

Menara Gentala Arasy, begitu namanya, memiliki ketinggian sekitar 80 meter. Pembukaan menara ditandai dengan penandatanganan prasasti batu oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla pada 28 Maret 2015.

Kiri: Menara Gentala Arasy dari kejauhan dan kanan: Menara Gentala Arasy dari dekat (Dokpri)
Kiri: Menara Gentala Arasy dari kejauhan dan kanan: Menara Gentala Arasy dari dekat (Dokpri)
Tempat tertinggi

Namanya memang cukup aneh, Gentala Arasy. Ternyata nama Gentala merupakan gabungan kata Genta dan Tala. Genta merujuk pada alat bunyian yang terbuat dari logam, sementara Tala mengacu pada alat penyelaras. Sedangkan Arasy bermakna tempat tertinggi. Jadi bermakna bunyi panduan yang menyelaraskan ketentuan waktu untuk melakukan sholat lima waktu menghadap Allah SWT. Makna lain Genah Tanah Kelahiran Abdurrahman Sayoeti, Gubernur Jambi periode 1989-1999, yang dilahirkan dan dibesarkan di Kota Seberang Jambi.

Makna filosofis juga tergambar dari penempatan bangunan. Dulu, Kota Jambi Seberang sering disebut seberang kota atau sekoja. Seberang kota merupakan kawasan budaya dengan beragam tinggalan dan bentuk warisan budaya Melayu Islam.

Museum

Bagian bawah menara difungsikan sebagai museum. Pada ruangan ini dipamerkan berbagai jenis koleksi tinggalan sejarah dan budaya Islam yang berasal dari Provinsi Jambi. Penyajian koleksi dikelompokkan berdasarkan tematis, yakni Naskah dan Foto Para Ulama, Seni dan Budaya Islam, Arsitektur Islam, Pendidikan Islam, dan Sejarah Menara Gentala Arasy.

Ruang pamer museum (Dokpri)
Ruang pamer museum (Dokpri)
Banyak koleksi bersejarah tersimpan di Museum Gentala Arasy. Memang masanya tidak begitu tua, rata-rata berumur 100 sampai 200 tahun. Hanya sedikit yang berusia di atas itu. Saya lihat ada piring keramik buatan Tiongkok bertuliskan aksara Arab. Ini unik. Ada koleksi uang logam kuno dari beberapa kerajaan.

Koleksi unik lain yang menyita perhatian pengunjung berupa mushaf Al-Qur'an berukuran 1,25 meter x 1,80 meter. Mushaf itu ditulis tangan. Letaknya di dekat pintu masuk. Saya pernah melihat mushaf serupa di Bayt Al-Qur'an dan Museum Istiqlal di Jakarta. Namun tampaknya mushaf di Jambi itu berukuran lebih besar.

Seluruh koleksi di sini merupakan milik Museum Siginjei. Hanya beduk besar dipinjamkan oleh Museum Perjuangan. Jadi pengelolaan Museum Gentala Arasy di bawah manajemen Museum Siginjei, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Provinsi Jambi.

Panel dinding

Panel informasi di dinding cukup membantu keingintahuan pengunjung tentang masuknya Islam di Jambi. Panel itu dilengkapi gambar-gambar tokoh. Untuk memperoleh informasi, pengunjung juga bisa menggunakan perangkat komputer yang tersedia di sana.

Auditorium yang rusak terkena banjir Sungai Batanghari (Dokpri)
Auditorium yang rusak terkena banjir Sungai Batanghari (Dokpri)
Sebenarnya di dalam museum terdapat ruangan bawah tanah. Untuk mencapai lokasi itu tersedia tangga. Di tempat itu terdapat kantor dan auditorium untuk pemutaran film dokumenter seputar sejarah Islam.

Sayang, sejak tahun lalu ruangan bawah tanah itu rusak parah. Banjir akibat luapan Sungai Batanghari pernah beberapa kali terjadi. "Tinggi genangan sekitar satu meter," kata seorang petugas menunjuk batas air yang pernah masuk. Tampak beberapa kursi rusak. Bau tidak sedap datang dari ruangan itu. Dua buah AC yang menempel di dinding tampak tidak berfungsi lagi.

Pada masa-masa awal, tempat yang menjadi favorit pengunjung berupa sebuah lift di tengah ruangan. Lift ini akan membawa kita ke balkon menara. Dari ketinggian 25 meter, kita bisa menyaksikan sekeliling Kota Jambi.

Sayang, sekarang lift itu sudah tidak berfungsi lagi. "Air hujan pernah masuk dari kabel, bahkan keluar dari bagian bawah lift," kata seorang petugas lagi. Kini lift itu mangkrak. Begitu pula ruang generator yang mendukung pengoperasian lift. Jadinya pengunjung tidak bisa lagi melihat Kota Jambi dari ketinggian.

Beberapa bagian langit-langit tampak kotor dan bolong. Pasti akibat sering terkena rembesan air hujan. Tampaknya penanganan museum ada masalah. Dikabarkan, bangunan tersebut belum diserahkan oleh pihak Dinas Pekerjaan Umum ke pihak Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. Bayangkan, sudah dua tahun lebih saja masih terkatung-katung nasib bangunan itu. Semoga gubernur baru Jambi ikut menengahi persoalan tersebut.

Kiri: lift yang rusak dan kanan: sarana informasi lewat komputer (Dokpri)
Kiri: lift yang rusak dan kanan: sarana informasi lewat komputer (Dokpri)
Saya lihat banyak masyarakat datang ke tempat ini. Apalagi bangunan menara dianggap ikon Kota Jambi. "Setoran kita ke Dispenda sekitar 50 juta. Sementara museum-museum lain tidak sampai 10 juta," petugas tadi memberi gambaran.

Museum Gentala Arasy buka setiap hari. Senin hingga Kamis buka pukul 08.00-17.00. Jumat buka pukul 08.00-11.00 lanjut pukul 14.00-17.00. Sabtu dan Minggu buka pukul 08.00-13.00. Tiket masuk bervariasi, yakni Rp2.000 (anak-anak), Rp3.000 (dewasa), dan Rp5.000 (wisatawan asing). Rombongan anak-anak dan dewasa diberikan diskon khusus.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun