Menara itu sudah terlihat dari kejauhan. Letaknya di tepi Sungai Batanghari. Tepatnya di Kelurahan Arab Melayu, Kecamatan Pelayangan. Dari pusat kota Jambi, menara itu mudah dicapai. Terutama dari sekitar rumah dinas Gubernur Jambi.
Namun untuk mencapai menara, kita harus berjalan kaki di atas jembatan pedestrian. Jembatan itu terletak antara 20-30 meter dari permukaan riak Sungai Batanghari. Panjang jembatan 532 meter dengan lebar 4,50 meter.
Menara Gentala Arasy, begitu namanya, memiliki ketinggian sekitar 80 meter. Pembukaan menara ditandai dengan penandatanganan prasasti batu oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla pada 28 Maret 2015.
Namanya memang cukup aneh, Gentala Arasy. Ternyata nama Gentala merupakan gabungan kata Genta dan Tala. Genta merujuk pada alat bunyian yang terbuat dari logam, sementara Tala mengacu pada alat penyelaras. Sedangkan Arasy bermakna tempat tertinggi. Jadi bermakna bunyi panduan yang menyelaraskan ketentuan waktu untuk melakukan sholat lima waktu menghadap Allah SWT. Makna lain Genah Tanah Kelahiran Abdurrahman Sayoeti, Gubernur Jambi periode 1989-1999, yang dilahirkan dan dibesarkan di Kota Seberang Jambi.
Makna filosofis juga tergambar dari penempatan bangunan. Dulu, Kota Jambi Seberang sering disebut seberang kota atau sekoja. Seberang kota merupakan kawasan budaya dengan beragam tinggalan dan bentuk warisan budaya Melayu Islam.
Bagian bawah menara difungsikan sebagai museum. Pada ruangan ini dipamerkan berbagai jenis koleksi tinggalan sejarah dan budaya Islam yang berasal dari Provinsi Jambi. Penyajian koleksi dikelompokkan berdasarkan tematis, yakni Naskah dan Foto Para Ulama, Seni dan Budaya Islam, Arsitektur Islam, Pendidikan Islam, dan Sejarah Menara Gentala Arasy.
Koleksi unik lain yang menyita perhatian pengunjung berupa mushaf Al-Qur'an berukuran 1,25 meter x 1,80 meter. Mushaf itu ditulis tangan. Letaknya di dekat pintu masuk. Saya pernah melihat mushaf serupa di Bayt Al-Qur'an dan Museum Istiqlal di Jakarta. Namun tampaknya mushaf di Jambi itu berukuran lebih besar.
Seluruh koleksi di sini merupakan milik Museum Siginjei. Hanya beduk besar dipinjamkan oleh Museum Perjuangan. Jadi pengelolaan Museum Gentala Arasy di bawah manajemen Museum Siginjei, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Provinsi Jambi.
Panel dinding
Panel informasi di dinding cukup membantu keingintahuan pengunjung tentang masuknya Islam di Jambi. Panel itu dilengkapi gambar-gambar tokoh. Untuk memperoleh informasi, pengunjung juga bisa menggunakan perangkat komputer yang tersedia di sana.
Sayang, sejak tahun lalu ruangan bawah tanah itu rusak parah. Banjir akibat luapan Sungai Batanghari pernah beberapa kali terjadi. "Tinggi genangan sekitar satu meter," kata seorang petugas menunjuk batas air yang pernah masuk. Tampak beberapa kursi rusak. Bau tidak sedap datang dari ruangan itu. Dua buah AC yang menempel di dinding tampak tidak berfungsi lagi.
Pada masa-masa awal, tempat yang menjadi favorit pengunjung berupa sebuah lift di tengah ruangan. Lift ini akan membawa kita ke balkon menara. Dari ketinggian 25 meter, kita bisa menyaksikan sekeliling Kota Jambi.
Sayang, sekarang lift itu sudah tidak berfungsi lagi. "Air hujan pernah masuk dari kabel, bahkan keluar dari bagian bawah lift," kata seorang petugas lagi. Kini lift itu mangkrak. Begitu pula ruang generator yang mendukung pengoperasian lift. Jadinya pengunjung tidak bisa lagi melihat Kota Jambi dari ketinggian.
Beberapa bagian langit-langit tampak kotor dan bolong. Pasti akibat sering terkena rembesan air hujan. Tampaknya penanganan museum ada masalah. Dikabarkan, bangunan tersebut belum diserahkan oleh pihak Dinas Pekerjaan Umum ke pihak Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. Bayangkan, sudah dua tahun lebih saja masih terkatung-katung nasib bangunan itu. Semoga gubernur baru Jambi ikut menengahi persoalan tersebut.
Museum Gentala Arasy buka setiap hari. Senin hingga Kamis buka pukul 08.00-17.00. Jumat buka pukul 08.00-11.00 lanjut pukul 14.00-17.00. Sabtu dan Minggu buka pukul 08.00-13.00. Tiket masuk bervariasi, yakni Rp2.000 (anak-anak), Rp3.000 (dewasa), dan Rp5.000 (wisatawan asing). Rombongan anak-anak dan dewasa diberikan diskon khusus.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H