Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Koleksi Maskot Museum Siginjei Jambi Dipamerkan di Eropa

17 November 2017   07:45 Diperbarui: 18 November 2017   10:19 3335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Koleksi dari masa prasejarah (Dokpri)

Selasa, 14 November 2017 lalu, saya mendampingi tim Standardisasi Museum dari Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman, Kemdikbud. Ada tiga museum di Jambi yang kami tuju. Yang pertama kami kunjungi adalah Museum Siginjei. Kami mewawancarai kepala museum dan beberapa jajaran di bawahnya. Selain itu mengambil foto dan mengamati tiap-tiap lokasi dan fasilitas yang ada di sana.  

Kami diterima di ruang kepala museum. Suasana santai dan tidak formal-formalan mewarnai pertemuan itu. Maklum kami sudah sering berkomunikasi. Kepala Museum Siginjei, Bapak Dendi Berlian, baru menjabat beberapa bulan lalu. Sementara beberapa stafnya ada yang sudah bekerja di museum itu lebih dari sepuluh tahun.

Perubahan nama

Museum Siginjei merupakan nama baru yang dipakai sejak 30 Oktober 2012. Sebelumnya bernama Museum Negeri Provinsi Jambi (1988-1999) dan Museum Negeri Jambi (1999-2012). Peletakan batu pertama pembangunan museum dilakukan pada 18 Februari 1981, selanjutnya diresmikan pada 6 Juni 1988.

Benda-benda koleksi yang terhimpun dalam museum merupakan warisan budaya yang mempunyai nilai-nilai luhur yang mencerminkan kehidupan masyarakat Provinsi Jambi pada masa lalu. Koleksi Museum Siginjei cukup banyak.

Koleksi pecahan keramik, tetap merupakan data arkeologi (Dokpri)
Koleksi pecahan keramik, tetap merupakan data arkeologi (Dokpri)
Koleksi-koleksi itu terbagi dalam sepuluh jenis, yakni Geologika (meliputi batuan, mineral, fosil, dan benda bentukan alam), Biologika (kerangka manusia, tumbuhan, dan hewan), Etnografika (jati diri etnis), Arkeologika (artefak kuno), Historika (benda yang berkaitan dengan peristiwa sejarah),  Numismatika dan Heraldika (mata uang, lambang, tanda jasa), Filologika (naskah kuno), Keramologika (keramik), Seni Rupa (objek artistik manusia), dan Teknologika (perkembangan teknologi).

Kesepuluh jenis koleksi itu dipamerkan dalam ruang-ruang khusus seperti Ruang Potensi Alam, Ruang Candi Muaro Jambi, Ruang Budaya Masyarakat Jambi, Miniatur Goa Tiangko, Ruang Khazanah Budaya Jambi, Ruang Keramik, dan Pameran Terbuka.

Koleksi unggulan

Wilayah Jambi pernah disebut-sebut berhubungan dengan Kerajaan Sriwijaya. Maka banyak benda arkeologi tersebar di wilayah Jambi, baik hasil penemuan tidak disengaja maupun hasil ekskavasi arkeologis.

Ada beberapa koleksi unggulan atau koleksi maskot di Museum Siginjei. Yang paling menarik perhatian berupa dua buah arca Avalokitesvara. Menurut buku Koleksi Pilihan 25 Museum di Indonesia (Direktorat Museum, 2009), kedua arca itu ditemukan di Situs Rantaukapastuo, Kabupaten Batanghari, secara tidak disengaja oleh petani pada 3 Februari 1991.

Koleksi maskot Museum Siginjei yang dipamerkan di Eropa (Foto: Kemdikbud)
Koleksi maskot Museum Siginjei yang dipamerkan di Eropa (Foto: Kemdikbud)
Kedua arca berbahan perunggu berlapis emas. Penggambarannya bertangan empat dan mengenakan sejenis kain. Kondisi arca relatif utuh. Hanya bagian belakang dan bawah rusak akibat patah. Ditafsirkan, arca itu merupakan puncak dari seni kejayaan Kedatuan Sriwijaya.

Karena dianggap maskot, kedua arca ikut dipamerkan dalam Festival Europalia di Belgia dan sejumlah negara Eropa sejak Oktober 2017 hingga Januari 2018. "Ritualnya cukup rumit. Kami harus mohon izin kepada Gubernur Jambi. Lalu menghubungi pihak Angkasa Pura. Selanjutnya mengawasi pengepakan dan mengawal sampai di pesawat," kata Dendi Berlian.

Kedua arca dibawa ke Museum Nasional. Di Jakarta koleksi itu di pak lagi dan diurus asuransinya.

Fasilitas

Museum Siginjei berupaya untuk lebih dikenal masyarakat luar Jambi dengan cara mengikuti pameran museum atau festival museum. Misalnya menyelenggarakan atau ikut pameran alat musik tradisional dan kain Nusantara.

Di dalam museum ada ruang pameran temporer. Ada pula ruang audio-visual, auditorium, perpustakaan, dan area publik lain. Kami lihat beberapa fasilitas belum ada di sana, yakni ramp atau akses untuk kursi roda dan informasi berhuruf Braille. Juga ruang bermain anak dan ruang ibu menyusui.

Museum Siginjei berlokasi di Jalan Urip Sumohardjo No. 01, Jambi. Museum ini berada di bawah pengelolaan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jambi. Mengingat museum memiliki berbagai fungsi, seperti daya tarik wisata, pembelajaran sejarah dan budaya, mengungkap jati diri bangsa, memperbaiki karakter bangsa, dan meningkatkan kecintaan akan tanah air, sudah saatnya pemerintah provinsi memberikan perhatian lebih kepada museum. Museum tak ubahnya etalase suatu daerah, apalagi kalau diinformasikan di area bandar udara, stasiun, dan terminal.

Koleksi dari masa prasejarah (Dokpri)
Koleksi dari masa prasejarah (Dokpri)
Kalau umumnya museum libur setiap Senin, Museum Siginjei tetap buka. Pada Senin hingga Kamis buka pukul 08.00-15.30; Jumat buka pukul 08.00-11.00. Sabtu dan Minggu buka pukul 08.00-13.00. Museum tutup setiap hari libur nasional.

Nah, segeralah berkunjung ke Museum Siginjei. Lihatlah kebesaran nenek moyang kita zaman dulu. Pelajarilah keterampilan nenek moyang kita. Maknailah keterampilan mereka, kerukunan hidup mereka, dan kebersamaan mereka. Informasi amat berharga itu cukup didapat dengan membayar tiket paling mahal Rp2.000. Bahkan untuk panti asuhan atau yayasan sosial bisa gratis asalkan membuat surat permohonan terlebih dulu.

Nomor kontak museum, baik telepon maupun faksimili 0741-63600. Kalau mau menghubungi, ada juga alamat surat elektronik museum, yakni museumsiginjeijambi@gmail.com.

***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun