Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama FEATURED

Hari Musik Ditetapkan 9 Maret, Padahal WR Supratman Lahir 19 Maret

11 November 2017   18:41 Diperbarui: 9 Maret 2020   16:56 4632
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: W.R. Supratman (Foto: infobiografi.com)

Kalau ada pertanyaan apa nama lagu kebangsaan kita, pasti banyak orang tahu jawabannya. Tapi kalau ditanya siapa pencipta lagu kebangsaan Indonesia Raya, mungkin hanya sedikit yang tahu. W.R. Supratman atau Wage Rudolf Supratman itulah jawaban yang dimaksud.

Mumpung ada waktu senggang, saya baca kembali buku Wage Rudolf Supratman tulisan Bambang Sularto. Buku itu pertama kali diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada 1985. Kemudian diterbitkan kembali pada 2012.

Saya bandingkan dengan tulisan-tulisan pada beberapa laman. Ternyata ada beberapa perbedaan. Karena merupakan data sejarah, tentu saja perbedaan sekecil apa pun harus diluruskan.

Jatinegara
Beberapa sumber mengatakan W.R. Supratman lahir di Jatinegara pada 9 Maret 1903.  Bertahun-tahun kemudian tempat lahir Wage dikoreksi. Persoalannya adalah ayah Wage yang bernama Sersan Jumeno Senen Sastrosuharjo bertugas sebagai KNIL di Meester Cornelis, sekarang daerah Jatinegara.

Rupa-rupanya dalam kelompok-kelompok terbatas di kalangan para anggota KNIL asal Jawa Tengah, sudah biasa apabila anak-anak yang dilahirkan di desa, dalam keterangan kelahiran ditulis lahir di tempat dinas ayahnya.

Dari hasil penelusuran diketahui Wage lahir di Dukuh Trembelang wilayah Desa Somongari, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Dalam buku juga ditulis kalau beberapa bulan sebelum melahirkan, ibu dari Wage pulang ke kampung halamannya karena ingin melahirkan anak di tanah asal.

Menurut rollingstone.co.id, hal ini sudah ditetapkan oleh Pengadilan Negeri Purworejo Nomor 04/Pdt/P/2007/PN PWR pada 29 Maret 2007. Tentu saja berdasarkan saksi-saksi yang dianggap layak.

Ilustrasi: W.R. Supratman sedang memainkan biola di Museum Sumpah Pemuda (Foto: metrotvnews.com)
Ilustrasi: W.R. Supratman sedang memainkan biola di Museum Sumpah Pemuda (Foto: metrotvnews.com)
Tanggal lahir
Lalu benarkah Wage lahir pada 9 Maret? Dikatakan seorang bayi lelaki dilahirkan pada malam hari Senin bertepatan dengan pasaran Jawa, Wage. Ditambahkan lagi, pada pekan kedua, bulan ketiga, tahun Jawa Wawu. Karena lahir pada hari pasaran Wage, maka keluarga sepakat memberikan nama Wage kepada si bayi. Lalu ayahnya memberi nama tambahan Supratman, jadilah Wage Supratman.

Senin malam memang jatuh pada 9 Maret, hari pasaran Wage. Namun pekan kedua, bulan ketiga, dan tahun Jawa Wawu, menurut perhitungan jatuh pada 19 Maret.  Soal tahun kelahiran, tidak ada yang menyangsikan, 1903. Kalau melihat perhitungan itu, data kelahiran yang benar adalah 19 Maret 1903.

Rudolf
Mungkin ada pertanyaan lain, apakah Wage Supratman keturunan Eropa mengingat menyandang nama tengah Rudolf? Menurut buku di atas, saat tinggal di Makassar, suami kakak sulung Wage yang bernama W.M. van Eldik ingin adik iparnya mengenyam pendidikan di sekolah khusus Europees Lagere School (ELS).

Pada masa itu, agar bisa bersekolah di sana Wage yang seorang pribumi harus mendapat status persamaan (gelijkgesteld) agar sederajat dengan seorang Belanda. Untuk mewujudkan keinginannya, sang kakak ipar menjadikan Wage sebagai anak angkat dan menambahkan nama Eropa agar "penyamaran" itu lebih meyakinkan.

Diselipkanlah nama Rudolf pada diri Wage setelah mendapat persetujuan dari anggota keluarga lainnya. Sejak saat itu namanya menjadi Wage Rudolf Supratman dan bisa bersekolah di ELS.  

Menikah
Banyak pihak mencatat sosok Wage Rudolf Supratman tidak pernah menikah, juga memiliki keturunan hingga akhir hayatnya. Namun menurut sumber lain, Wage pernah memiliki hubungan khusus dengan Mujenah. Bahkan dikatakan pernah berkenalan dengan seorang janda muda bernama Salamah. Dikabarkan Wage dan Salamah menikah pada 1928. Pada 17 Agustus 1938 W.R. Supratman meninggal di Surabaya.

Namun keluarga Wage kurang menyetujui hubungan itu sejak awal dan tak mengakui Salamah sebagai istri Wage setelah keduanya menikah. Karena dianggap isteri W.R. Supratman, Salamah diberi tunjangan.

Namun pihak keluarga berkeberatan. Mereka menganggap W.R. Supratman tidak pernah menikah. Akhirnya gugatan keluarga dimenangkan oleh Pengadilan Negeri Surabaya pada 1958. Kini ahli waris W.R. Supratman adalah keluarga kakak-kakaknya.

Hingga tahun ini Hari Musik Nasional masih diselenggarakan pada 9 Maret, sebagaimana tafsiran awal hari kelahiran W.R. Supratman. Apakah Hari Musik Nasional akan diubah menjadi 19 Maret, entahlah.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun