![Standar etika penggunaan kain (Dokpri)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2017/11/09/sundakuno-5-5a044aa79b1e6775b42bfb13.jpg?t=o&v=555)
Terungkap juga warna-warna pada kain menunjukkan filosofi. Warna hitam dan kuning dipandang profan. Sementara putih dan merah dipandang sakral. Contoh yang jelas terlihat pada warga Baduy. Mereka berpakaian hitam karena berada di utara desa. Antarrumah dibuat dengan teknik tertentu agar tidak saling menutupi sinar matahari.
Pasti banyak dari kita belum tahu kalau simbolisme tenun menunjukkan kedewasaan perempuan. Ada pantun tentang hal ini sebagaimana ditunjukkan Aditia: Janganlah mau pada gula/jika belum bisa memukul kawung/Janganlah mau sama kula/jika belum bisa menenun sarung.
Filosofi lain, tanpa menenun tidak ada perempuan dewasa, tanpa perkawinan tidak ada keturunan.
Hari ini saya mendapat pengetahuan baru. Terima kasih Perpusnas. Terima kasih Masyarakat Pernaskahan Nusantara (Manassa), penyelenggara kegiatan ini. Saya hanya bisa berbagi seperti ini. Semoga bermanfaat.***
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI